Untuk siapapu dan untuk jabatan publik apapun. Karena akhlak menjadi pangkal segalanya. Selagi akhlak-nya jelek maka jeleknya perilaku dan sikapnya. Selagi akhlaknya baik, maka akan baik perilaku dan sikapnya. Dan saya percaya itu, karena itu ajaran agama. Jangan sebaliknya, menjadikan publik ragu terhadap pengangkatan sebuah jabatan publik. Sehingga berkembanglah spekulasi krisi akhlak. Atau pernyataan, apakah tidak ada orang lain yang lebih pantas? Mari kita bertanya, kenapa semua itu bisa terjadi?
Semua jabatan publik di negeri ini, seharusnya memperhatikan kriteria akhlak dari orang yang dipilihnya atau diangkatnya. Apapun itu. Akhlak harus jadi acuan utama. Dan setidaknya, ada 4 kriteria akhlak yang bisa diukur dari seseorang untuk jabatan publik, yaitu:
1. Apakah orangnya jujur dan dapat dipercaya?
2. Apakah orangnya adil dalam mengambil keputusan?
3. Apakah orangnya peduli terhadap orang lai, bukan dirinya sendiri?
4. Apakah orangnya berperilaku etis dalam kehidupan?
Dengan 4 indikator itu, silakan saja dicari tahu tentang si kandidat yang akan mengisi jabatan publik. Pasti bisa dan pasti bisa dibeberakan secara transparan. Jika perlu, alasan akhlak itulah yang menjadi "key messages" dari pengangkatan seorang pejabat publik. Tentu setelah soal
Visi-misi, kecakapan, kecerdasan, dan pengalaman sekalipun.
Terlepas dari akan seperti apa TVRI ke depan. Saya tentu tidak bisa memprediksi. Tapi saya berharap, TVRI sebagai Lembaga penyiaran tertua milik negara bisa menjadi lebih baik. Lebih profesional dan lebih ber-akhlak. Sekalipun milik pemerintah, katakan yang benar bila itu benar dan katakana yang salah bila itu salah.
Akhirnya yang paling penting. Adalah "jangan terburu-buru dalam segala hal; karena terburu-buru selalu gagal meraih hasil yang optimal".... #BudayaLiterasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H