Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Tengah Wabah Covid-19, Kenapa Menampar Tenaga Medis?

13 April 2020   09:56 Diperbarui: 13 April 2020   09:59 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada lagi, seorang perawat ditampar di klinik. Saat menegur seorang bapak tanpa masker.  Hari ini, pelakunya pun sudah ditangkap. Kemarin, jenazah perawat pun ditolak warga. Bersyukur, 3 orang provokator penolakan jenazah Covid-19 pun sudah diamankan polisi. 

Di Jakarta pun, ada tenaga medis yang "terpaksa" diminta angkat kaki dari indekos. Karena pemiliknya takut, maka diperlakukan secara diskriminatif. Di Samarinda pun ada perawat yang diancam pakai pecahan kaca oleh seorang pasien PDP. Semua itu tamparan bagi tenaga medis. Kenapa menampar?

Apa kita tidak tahu? Di tengah pandemik Covid-19 ini. Tenaga medis pun sama cemasnya dengan kita yang #DiRumahAja. Mungkin sama takutnya bila tertular virus corona. Tapi karena besarnya rasa tanggung jawabnya, membuat mereka harus punya nyali. 

Tidak boleh gentar untuk merawat dan menyembuhkan pasien Covid-19. Lahir batin, mereka berani menanggung risiko yang harus menimpa dirinya. Bukan hanya pengorbanan, nyawa pun mereka pertaruhkan. Lalu kenapa harus menampar?

Mungkin perlu diingatkan. Bahwa kita hampir kehilangan "sikap respek". Sikap untuk menghormati sesama, perilaku untuk tetap hormat. Sekalipun di masa mencekam seperti wabah virus corona sekarang. Sungguh sangat bisa dipahami. Akibat takut, akibat kelamaan #DiRumahAja. 

Atau karena stress dan panik. Sehingga membuat banyak orang jadi gampang emosi, gampang marah. Utamanya terhadap pasien dan korban Covid-19. Tapi itu bukan alasan untuk kehilangan sikap respek. 

Di musim virus corona begini, sungguh kita perlu memperbesar sikap respek. Sikap untuk menghormati dan menghargai orang lain. Dalam segala keadaan dan kondisinya. 

Termasuk menghormati tenaga medis dalam menjalankan tugasnya; menghormati para korban Covid-19 untuk diperlakukan sesuai protokol yang berlaku. Itu saja sudah cukup.

Wabah Covid-19, tentu menyulitkan banyak pihak. Semua repot, semua cemas dan pusing. Tapi bukan berarti kita jadi gak punya sikap respek. Silakan mengkritik bila ada yang salah. Asal jangan tiap hari kerjanya mengkritik tanpa berbuat apapun. 

Silakan berpendapat bila ada yang kurang. Asal jangan menyalahkan atau menyangkal kerja bersama yang sudah dilakukan. Apalagi menebar hoaks yang menyesatkan. Janganlah.

Jangan menampar. Atau memberi tamparan. Karena itu tidak menyembuhkan.

Virus corona itu bersama-sama menyerang manusia, dan dibawa dalam tubuh manusia. Maka kita harus menghadapinya secara bersama-sama. Bersatu dan berjuang keras untuk melewati masa-masa sulit ini. Kasihan saudara-saudara kita yang pekerja harian. 

Kasihan para tenaga medis, para polisi dan tentara yang di lapangan. Bahkan kasihan driver ojol yang makin sepi. Kita harus bersatu untuk mempercepat keadaan normal kembali. Seperti dulu lagi. Tentu berkat ikhtiar dan sikap respek.

Jangan menampar. Justru harusnya berkontribusi untuk mencegah wabah Covid-19. Memberi nilai tambah agar keadaan segera normal lagi. Patuhi imbauan pemerintah di masa PSBB.

Akibat wabah virus corona, se-dunia tidak siap. Maka tidak ada yang sempurna.

Viusnya juga "makhluk baru" yang tidak terduga. Amerika, Italia, Spanyol pun kewalahan. Karena korbannya banyak banget. Indonesia masih okelah walau banyak yang harus diperbaiki. 

Agar korban tidak bertambah banyak. Maka minimal, tumbuhkan sikap respek. Sikap untuk menghormati orang lain. Bukan tampar-tamparan atau salah-menyalahkan.

Semoga wabah virus corona Covid-19 ini segera berakhir. Dan bangsa Indonesia bisa sehat kembali. Karena di balik setiap kesulitan, pasti ada kemudahan. Di balik cobaan pasti ada kemenangan.

Tetaplah respek pada sesama. Karena respek itu sikap HORMAT yang menebar benih CINTA hingga berakhir dengan PERCAYA. Sikap respek itu sama sekali tidak butuh uang, harta, pangkat atau jabatan. Karena respekitu urusan MORAL, urusan HATI NURANI... Tabikk #BudayaLiterasi #LawanVirusCorona

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun