Tapi sebagai insan akademis, tentu solusi terbaik pasti sudah disiapkan oleh kampus masing-masing. Dan semua berjalan sesuai dengan acuan yang ditetapkan. Karena itu mahasiswa, dosen dan kalangan perguruan tinggi tidak akan menyerah. Apapun alasannya, tradisi akademik harus tetap tegak berdiri di kampus. Hanya saja, wabah virus corona ini akan sangat dikenang sepanjang masa.
Hikmah terbesar adalah ilmu dan pengetahuan itu tidak ada yang aneh, tidak ada yang stagnan. Ilmu selalu berdinamika. Selalu ada yang baru. Maka mahasiswa dan perguruan tinggi "ditantang" oleh wabah virus corona. Untuk lebih inovatif dan kreatif, bukan sebaliknya.Â
Bayangkan di Indonesia saat ini, ada 8,2 juta mahasiswa dan hamoir 300.000 dosen yang terhimpun dalam 4.670 kampus atau perguruan tinggi. Maka potensi besar untuk lebih bisa memajukan bangsa Indonesia ada di pundak mereka. Bahkan penelitian untuk "mencari obat" wabah virus corona pun harusnya lahir dari kampus.
Hikmah lainnya, wabah virus corona inilah momentum untuk "berpikir jernih" tentang kebijakan "Merdeka Belajar - Kampus Merdeka" cetusan Mendikbud Nadiem Makarim. Sebuah perubahan paradigma pendidikan yang fundamental. Agar kampus menjadi lebih otonom dengan kultur pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan fleksibel. Bahwa setiap setiap perguruan tinggi punya kebebasan untuk meramu kurikulum sesuai dengan visi dan misi-nya. Tidak lagi terbelenggu oleh kurikulum yang kaku, yang tidak asyik dan kurang menyenangkan.
Hingga suatu saat nanti, kuliah atau belajar jadi kegiatan yang asyik dan menyenangkan. Bukan beban untuk siapapun dan atas alasan apapun. Semoga wabah virus corona segera "diwisuda" dari bumi Indonesia. Agar mahasiswa dan perguruan tinggi bisa normal kembali. Untuk anak bangsa yang lebihbaik lagi ke depannya... #BudayaLiterasi #WabahVirusCorona
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H