Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kepusingan Mahasiswa dan Kampus Akibat Wabah Virus Corona

3 April 2020   22:09 Diperbarui: 3 April 2020   22:25 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wabah virus corona, memang bikin pusing. Tak terkecuali mahasiswa dan perguruan tinggi.

Ini pula yang terjadi pada anak saya, mahasiswa semester 2 di Prodi Matematika FMIPA Universitas Brawijaya (UB) Malang. Saat wabah virus corona mulai merebak, pemerintah daerah mulai meliburkan kegiatan belajar di kampus. 

Awalnya dari 16 Maret hingga 31 Maret 2020. Sang Maestro, begitu saya memanggilnya "terpaksa" pulang ke rumah di Jakarta. Sementara masa libur sedang berlangsung, ada lagi pengumuman untuk melakukan kegiatan belajar secara daring atau jarak jauh. Hingga akhir semester genap 2020 ini, berarti hingga Juni 2020.

Di sinilah kepusingan mulai muncul. Karena anak saya di Malang kost secara bulanan. Jadi niat awalnya, akhir Maret 2020 lalu ia ingin kembali ke Malang. Namun karena virus corona terus menggila, saya putuskan untuk tidak kembali ke Malang. Barulah masalah muncul; 1) kost-nya secara bulanan bila dibayar hingga bulan Juni tapi tidak ditempati, 2) motor-nya di kost-an niatnya hanya ditinggal sebentar jadi keamanannya tidak optimal, dan 3) ada cucian kotor di kamarnya. Sungguh memusingkan. 

Singkat kata, saya istri dan anak pun segera carikan solusi dengan cepat. Apa solusinya? 1) diputuskan anak saya untuk pindah kost (kebetulan niat mau pindah kost) maka tidak perlu bayar kost-an, 2) cari kawan di Malang untuk "minta tolong" memindahkan motor, pakaian, buku-buku, dan barang lainnya dari kost-an ke rumah kawan tersebut. 

Alhamdulillah berhasil. Niatnya Juli 2020 nanti, saya pun mengantar "sang maestro" kembali ke Malang dan mencarikan kost-an yang baru. Bikin pusing, mahasiswa pun kepusingan.

Merebaknya wabah virus corona, yang akhirnya mengubah kuliah tatap muka menjadi kuliah daring. Sebenarnya bukan isu besar. Karena harusnya memang bisa dilakukan dan tidak masalah. Banyak dosen dan mahasiswa, hakikatnya mudah melakukan kuliah dengan berbagai model. Baik video conference, google classroom, email atau grup WA sekalipun, semua bisa dilakukan. Jadi, soal akademik tidak problem. Tapi justru, problemnya di soal non-akademik.

Bila di kalkulasi, setidaknya ada beberapa problem non-akademik yang bikin pusing mahasiswa dan perguruan tinggi akibat wabah virus corona, antara lain:

  • Mahasiswa yang sudah lulus ujian skripsi dan dijadwalkan wisuda di semester genap ini jadi tertunda. Mereka yang secara psikologis sudah siap jadi sarjana, terpaksa tertunda di wisuda.
  • Mahasiswa semester akhir yang sedang skripsi pun mengalami kesulitan untuk melakukan penelitian ke lapangan. Akibat diimbau untuk jaga jarak atau physical distancing dan menghindari keramaian. Konsultasi bimbingan skripsi dengan dosen pembimbing pun terganggu. Mau ganti judul khawatir tidak selesai, tidak ganti judul tapi tidak bisa meneliti ke lapangan.
  • Mahasiswa yang kost, pasti pusing tujuh keliling menghadapi keadaan ini. Mau pulang ke rumah orang tua, takut bahaya virus corona. Bila tetap di kost-an pun tidak ngapa-ngapain. Mau gimana lagi?
  • Dosen pun bisa bermasalah secara psikologis. Karena sehari-harinya mengajar dan ber-aktivitas di kampus. Tapi sekarang harus drop, tidak ke kampus dan hanya #DiRumahAja. Bisa jadi, jenuh dan gelisah. Bila mengajar daring pun, pastinya tidak optimal.
  • Perguruan tinggi apapun, suka tidak suka, direpotkan akibat wabah virus corona ini. Secara jujur, virus corona ini kejadian luar biasa dan tidak pernah diduga hingga begini. Alhasil, banyak protokol kuliah dari rumah yang belum memadai. Mulai dari presensi, UTS, UAS, dan sebagainya.    

Bisa jadi, wabah virus corona ini akan dikenang sepanjang sejarah dunia mahasisa dan perguruan tinggi di Indonesia. Karena sebelumnya, tidak pernah terjadi "musibah wabah penyakit" yang bikin pusing semua pihak semua orang, bahkan semua negara. Termasuk para mahasiswa, dosen dan kalangan perguruan tinggi.

Wabah virus corona bikin pusing. Mahasiswa, dosen dan kampus sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun