Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sarungan Bisa Cegah Covid-19, Kata Siapa?

18 Maret 2020   11:33 Diperbarui: 18 Maret 2020   11:59 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sarung juga tidak perlu karet, tidak perlu atribut resleting apalagi kancing. Maka saat sarungan, siapapun, harus melepas segala atributnya. Sarungan itu tanda pentingnya sikap fleksibel, tidak kaku dan mau bersosial. Mau berbuat baik untuk memberi manfaat kepada sesama. Bahkan gulungan sarung kain di perut pun jadi isyarat. Bahwa siapapun, setiap manusia harus punya ikatan kuat terhadap Tuhannya, pada imannya dan pada sesamanya.

Bisa jadi, orang sekarang sudah jarang sarungan. Atau lupa memakai sarung. Karena di luar sana, banyak sekali orang yang gampang panasan; mudah nafsuan. Sehingga hidupnya dikuasai ego, dikuasai hawa nafsu. Maunya mengalahkan orang lain. Atau membenci orang lain. Makanya sarungan, agar tidak cedera atau mencederai.

Jadi, tetplah pakai sarung. Sarungan. Agar bisa menahan diri, bisa menjaga diri dari apa-apa yang berbahaya. Memang banyak hal yang masih kurang. Tapi tetaplah mampu menahan diri. Karena sarung itu tugasnya "melindungi bagian dalamnya" bukan jutsru menebar kelemahannya.

Seperti pepatah "bagai menghasta kain sarung". Kadang di zaman now, banyak orang gemar melakukan pekerjaan yang sia-sia; celotehan yang tidak menghasilkan apa-apa.

Maka ambillah sarung kita lalu pakailah. Sarungan dulu. Agar segalanya lebih adem, lebih sejuk. Dan jangan lupa, sarung itu gulungannya di depan bukan di belakang. Agar tidak kebanyakan mengingat masa lalu. Tapi lebih fokus ke masa depan. Sarungan agar tidak bertuhan kemewahan tapi berteman pada kesederhanaan. Salam literasi... #Sarungan #FilosofiSarungan #KaumSarungan

dokpri
dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun