Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pendiri TBM Lentera Pustaka Siapkan Buku "Lelaki Lima Puluh Tahun"

29 Februari 2020   21:54 Diperbarui: 29 Februari 2020   22:05 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi keliru, bila yang hidupnya praktis dianggap generasi milenial. Justru hidup yang simpel ada di generasi 50 tahunan.

Katanya, generasi 50 tahun itu lebih matang dan lebih memikat. Walau kulitnya sudah mulai keriput, rambutnya beruban, bahkan giginya ompong. Karena lelaki 50 tahun hanya ingin apa adanya, bukan ada apanya. Di usia lima puluh tahun, siapapun, harusnya lebih rileks lebih SIMPEL, yang berarti:

S = Sesuai kebutuhan, bukan keinginan
I = Intelek lagi melek sebab literaturnya cukup
M = Mapan lagi seimbang
P = Padat inovasi dan kreasi
E = Enggak malu miskin, enggak sombong kaya
L = Lebih matang dalam ibadah 

Lelaki lima puluh tahun pun bias disebut ABG, yaitu Angkatan Baru Gocap. Lelaki yang menghadiahi dirinya sendiri di hari ulang tahun. Sebagai wujud syukur dan ikhtiar untuk memperkuat amal kebaikan tiada henti di penghujung usia. Seperti di bilik kopi, kopi itu tidak bisa memilih siapa penikmatnya.

Hidup itu tidak selamanya manis, tidak pula selamanya pahit. Rasa pahit dan manis semakin indah karena terangkai dalam harmoni. Bahkan rasa pahit pun justru membuat mata siapapun makin terbuka. Bahwa ada orang lain yang layak dibantu, oranng lain yang butuh uluran tangan manusia lainnya. 

Hanya di bilik kopi, lelaki lima puluh tahun main sadar. Bahwa ngopi itu dapat mencegah perbuatan keji dan munkar. Karean hidup, sesungguhnya hanya ada dua pilihan: 1) khairul bariyyah (sebaik-baik makhluk) atau 2) syarrul bariyyah (seburuk-buruk makhluk) pada akhirnya.

Karena aku hanya lelaki
Yang sedang mengaduk sepi
Terseruduk mimpi
Lalu larut dalam secangkir kopi

Begitulah petikan buku antologi puisi dan autobiografi karya Pendiri TBM Lentera Pustaka yang berjudul "LELAKI LIMA PULUH TAHUN; DI BILIK KOPI". Sebuah pengakuan seorang lelaki, bahwa aku tidak lebih baik dari dia. Sambil mempersembahkan karya terindah untuk anak-anak dan warga di sekitar TBM Lentera Pustaka dan orang-orang baik yang telah mengabdi kepada masyarakat yang membutuhkan.

Nantikanlah tanggal mainnya, buku Antologi Puisi dan Autobiografi "LELAKI LIMA PULUH TAHUN; DI BILIKI KOPI" karya Syarifudin Yunus. #TGS #BudayaLiterasi

Proses TBM Lentera Pustaka (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Proses TBM Lentera Pustaka (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun