Jadi keliru, bila yang hidupnya praktis dianggap generasi milenial. Justru hidup yang simpel ada di generasi 50 tahunan.
Katanya, generasi 50 tahun itu lebih matang dan lebih memikat. Walau kulitnya sudah mulai keriput, rambutnya beruban, bahkan giginya ompong. Karena lelaki 50 tahun hanya ingin apa adanya, bukan ada apanya. Di usia lima puluh tahun, siapapun, harusnya lebih rileks lebih SIMPEL, yang berarti:
S = Sesuai kebutuhan, bukan keinginan
I = Intelek lagi melek sebab literaturnya cukup
M = Mapan lagi seimbang
P = Padat inovasi dan kreasi
E = Enggak malu miskin, enggak sombong kaya
L = Lebih matang dalam ibadahÂ
Lelaki lima puluh tahun pun bias disebut ABG, yaitu Angkatan Baru Gocap. Lelaki yang menghadiahi dirinya sendiri di hari ulang tahun. Sebagai wujud syukur dan ikhtiar untuk memperkuat amal kebaikan tiada henti di penghujung usia. Seperti di bilik kopi, kopi itu tidak bisa memilih siapa penikmatnya.
Hidup itu tidak selamanya manis, tidak pula selamanya pahit. Rasa pahit dan manis semakin indah karena terangkai dalam harmoni. Bahkan rasa pahit pun justru membuat mata siapapun makin terbuka. Bahwa ada orang lain yang layak dibantu, oranng lain yang butuh uluran tangan manusia lainnya.Â
Hanya di bilik kopi, lelaki lima puluh tahun main sadar. Bahwa ngopi itu dapat mencegah perbuatan keji dan munkar. Karean hidup, sesungguhnya hanya ada dua pilihan: 1) khairul bariyyah (sebaik-baik makhluk) atau 2) syarrul bariyyah (seburuk-buruk makhluk) pada akhirnya.
Karena aku hanya lelaki
Yang sedang mengaduk sepi
Terseruduk mimpi
Lalu larut dalam secangkir kopi
Begitulah petikan buku antologi puisi dan autobiografi karya Pendiri TBM Lentera Pustaka yang berjudul "LELAKI LIMA PULUH TAHUN; DI BILIK KOPI". Sebuah pengakuan seorang lelaki, bahwa aku tidak lebih baik dari dia. Sambil mempersembahkan karya terindah untuk anak-anak dan warga di sekitar TBM Lentera Pustaka dan orang-orang baik yang telah mengabdi kepada masyarakat yang membutuhkan.
Nantikanlah tanggal mainnya, buku Antologi Puisi dan Autobiografi "LELAKI LIMA PULUH TAHUN; DI BILIKI KOPI" karya Syarifudin Yunus. #TGS #BudayaLiterasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H