Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filosofi Manusia Kepo

27 Januari 2020   04:35 Diperbarui: 27 Januari 2020   04:35 2037
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Barangsiapa yang melihat ke dalam rumah seseorang tanpa izin, maka dia halal dicongkel matanya." Begitulah hadist Nabi Muhammad SAW yang mengingatkan manusia untuk menjauhi sifat kepo. Teguran keras untuk orang-orang yang mau tahu saja urusan orang lain.

Orang zaman now. Selain lengket sama gadget, juga akrab dengan "sifat kepo". Orang-orang yang kerjaannya mengintip laju orang lain; mau tahu urusan orang lain lalu bercerita yang lebih banyak negatifnya.

Sebut saja, manusia kepo.

Lagaknya seperti orang perhatian, seperti manusia peduli. Memulai dengan pertanyaan. "Ehh, si anu kerjanya di mana? Dia sudah nikah belum? Tinggalnya di mana?". Begitulah kaum kepo untuk memulai obrolannya.

Kirain hanya sampai di situ. Ternyata masih berlanjut bertanya. "Ohh, ternyata sama di anu yang dulu bla bla bla ....". Terus ditambah lagi, "Rumahnya masih ngontrak apa udah punya sendiri..?". Nah di situlah, kaum kepo mulai bertindak. Lalu, asyik masyukk ngomongin orang. Seolah-seolah, mereka orang yang paling benar.

Manusia kepo itu bertanya tidak hanya sekali. Tapi berlanjut dan berjilid-jilid.

Segala rupa ditanyain. Pengen tahu ini, pengen tahu itu. Lalu ditambah, analisis yang semuanya prasangka. Maklum, manusia kepo itu sebagian besar berpendidikan. Kepo, pengen tahu banyak. Atas dalih perhatian. Lalu ingin cari "lubang" untuk melemahkan orang lain; mencari-cari kesalahan orang lain. Itulah cara kerja manusia kepo.

Banyak orang lupa. Kepo itu sebab awal mula manusia jadi senang bergunjing.

Manusia yang gemar membicarakan orang lain lalu lupa tentang dirinya sendiri. Gemar mencari aib orang lain; ber-tajasssus ria. Senang bertanya, tapi untuk urusan yang tidak ada manfaatnya.

Manusia kepo. Sebut saja manusia yang ingin tahu banyak urusan orang lain. Karena dia sendiri tidak pernah kelar dengan dirinya sendiri.

Kepo itu bukan soal boleh atau tidak boleh. Tapi kepo soal moral, soal akhlak.

Karena sifat kepo, biasanya lahir dari rasa "ingin tahu" yang dimuali dari niat dan perasaan yang tidak baik. Terlalu mau tahu urusan orang lain. Atau bisa jadi iri dan benci pada orang yang diceritakannya. Kepo, mereka yang lebih peduli untuk "melihat ke luar" daripada "menengok ke dalam".

Lalu, apa yang salah dari kepo?

Tentu, tidak ada yang salah bagi yang tidak tahu moral. Karena bila salah, kaum kepo-is pasti sudah masuk penjara. Seperti koruptor, penerima suap atau penjahat yang tertangkap. Manusia kepo sering lupa. Bahwa tiap orang itu punya sisi baik dan sisi buruk. Karena hidup memang realitasnya ada baik ada buruk. Maka harus bisa diterima dengan lapang dada. Soal apapun, pada siapapun.

Manusia kepo itu lupa. 

"Allah itu membenci tiga perkara: 1) bergosip, 2) menyia-nyiakan harta, dan 3) banyak bertanya". Begitu kata Nabi Muhammad SAW. Apalagi bila akhirnya jadi bikin mudharat, ketimbang maslahat.

Jadi tidak usah kepo.

Untuk apa bertanya. Bila akhirnya menyusahkan diri sendiri. Apalagi bikin orang lain tidak nyaman. Lalu, merusak hubungan baik yang telah terjalin. Sungguh, lebih baik introspeksi diri. Karena bila orang lain salah, tentu diri kita belum tentu benar.

Maka berhati-hatilah. Karena manusia kepo, tanda bahwa dia belum kelar dengan dirinya sendiri. Sehingga gagal berbuat baik pada orang lain. Jauh dari bermanfaat untuk orang lain. 

Manusia kepo. Hanya bisa menilai orang lain dengan standar dirnya sendiri. Tapi gagal, menilai dirinya sendiri dengan standar orang lain. Dasar kepo ... #BudayaLiterasi #FilosofiKepo

dokpri
dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun