Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengeluh Sembari Pamer, Sikap Respek Hanya Omong Kosong

21 Januari 2020   05:10 Diperbarui: 21 Januari 2020   05:18 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bila tidak bisa sama, kenapa tidak boleh beda? Sungguh, itu semua terjadi akibat kehilangan sikap respek. Sikap menghormati dan menghargai yang telah pergi, entah kemana?

Katanya dari kecil dibesarkan oleh kalimat sakti "jika ingin dihormati, maka hormatilah dulu orang lain." Jika ingin dihargai, hargailah dulu orang lain. Kata-kata yang indah dan penuh makna hanya dijadikan "omongan" bukan "tindakan". Respek kini hanya sebuah omong kosong.

Banyak orang lupa. Uang, harta, jabatan, pangkat, kekayaan bahakan kekuasaan. Sama sekali tidak berguna bila tidak diimbangi sikap respek. Untuk apa punya uang bila hanya menyakiti orang miskin. Untuk apa punya jabatan bila hanya menzolimi orang lain. Bahkan untuk apa punya kekuasan bila digunakan bukan untuk kemaslahatan.

Les Giblin yang bilang, "Anda tidak akan mampu membuat orang lain merasa penting. Bila diam-diam Anda merasa bahwa orang lain itu bukan siapa-siapa".

Maka agenda besarnya ke depan. Kita boleh jadi apa saja, jadi siapapun. Asal tidak kehilangan sikap respek. Karena respek yang bisa menyelamatkan orang lain. Dari keterpurukan, kebencian bahkan kemarahan. Sungguh, respek jauh melebihi dari sekadar simpati.

"Life is short, and we should respect every moment of it" kata  Orhan Pamuk. Hidup itu singkat, dan kita harus menghargai setiap momennya. Maka hari ini, siapapun, bertanggung jawab untuk mengembalikan sikap respek yang dulu pernah ada. #BudayaLiterasi #PegiatLiterasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun