Bila tidak bisa sama, kenapa tidak boleh beda? Sungguh, itu semua terjadi akibat kehilangan sikap respek. Sikap menghormati dan menghargai yang telah pergi, entah kemana?
Katanya dari kecil dibesarkan oleh kalimat sakti "jika ingin dihormati, maka hormatilah dulu orang lain." Jika ingin dihargai, hargailah dulu orang lain. Kata-kata yang indah dan penuh makna hanya dijadikan "omongan" bukan "tindakan". Respek kini hanya sebuah omong kosong.
Banyak orang lupa. Uang, harta, jabatan, pangkat, kekayaan bahakan kekuasaan. Sama sekali tidak berguna bila tidak diimbangi sikap respek. Untuk apa punya uang bila hanya menyakiti orang miskin. Untuk apa punya jabatan bila hanya menzolimi orang lain. Bahkan untuk apa punya kekuasan bila digunakan bukan untuk kemaslahatan.
Les Giblin yang bilang, "Anda tidak akan mampu membuat orang lain merasa penting. Bila diam-diam Anda merasa bahwa orang lain itu bukan siapa-siapa".
Maka agenda besarnya ke depan. Kita boleh jadi apa saja, jadi siapapun. Asal tidak kehilangan sikap respek. Karena respek yang bisa menyelamatkan orang lain. Dari keterpurukan, kebencian bahkan kemarahan. Sungguh, respek jauh melebihi dari sekadar simpati.
"Life is short, and we should respect every moment of it" kata  Orhan Pamuk. Hidup itu singkat, dan kita harus menghargai setiap momennya. Maka hari ini, siapapun, bertanggung jawab untuk mengembalikan sikap respek yang dulu pernah ada. #BudayaLiterasi #PegiatLiterasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H