Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Dari Tanah Leluhur, Aku Belajar "Siri'Na Pacce"

24 Desember 2019   21:07 Diperbarui: 30 Desember 2019   05:01 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri
dokpri
Dalam budaya Bugis-Makassar, "Siri'Na Pacce" bisa berjalan bila didukung oleh 4 (empat) karakter:

1. Siri Ripakasiri, yaitu paham tentang harga diri pribadi dan martabat keluarga.

Karakter ini merupakan hal yang tabu dan pantang untuk dilanggar. Karena taruhannya adalah nyawa. Karena dalam keyakinan Bugis-Makassar, orang yang mati akibat menegakkan siri, berarti mati syahid.

2. Siri Mappakasiri, yaitu paham tentang etos kerja.

Karakter ini menegaskan pada orang-orang "kalau punya malu maka jangan membuat malu". Inilah etos yang mendasari masyarakat Bugis Makassar menjadi pekerja keras. Berlayar hingga ke negeri manapun dikerjakan. Asal tidak jadi pengemis atau membuat malu.

Lebih baik tenggelam daripada balik haluan sebelum tercapai cita-cita, begitu kira-kira maknanya. Sekali layar terkembang pantang biduk surut ke pantai, sebelum tercapai pulau harapan.

3. Siri Tappelasiri, yaitu paham tentang rasa malu.

Ini mengajak pentingnya kehati-hatian. Jangan sampai rasa malu hilang akibat sesuatu perbuatan. Maka komitmen dan memenuhi janji itu menjadi karakter yang dijunjung tinggi masyarakat Bugis Makassar. Bila punya hutan, tidak usah ditagih untuk membayarnya.

4. Siri Matesiri, yaitu paham yang berkaitan dengan iman, religiusitas.

Karakter ini menjadi ujung pangkal segala perilaku kehidipan. Tanpa iman yang kokoh, maka rasa malu pun akan timbul pada siapapun. Iman dalam beragama menjadi pegangan masyarakat Bugis Makassar.

Budaya "pacce" yang kokoh dalam berpendirian, manusia yang berprinsip hidup, boleh jadi menjadi fundamental dalam tata nilai yang dianut masyarakat Bugis Makassar. Dari makna kultural, pacce bisa juga diartikan sebagai wujdu kasih sayang, solidaritas sosial atau humanisme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun