Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor LSP Dana Pensiun Lisensi BNSP - Edukator Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

8 Hambatan Menulis Ilmiah, Teori Bukan Praktik

3 September 2019   08:49 Diperbarui: 4 September 2019   08:56 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

4. Tidak biasa menulis. Menulis hanya sekali-sekali. Sehingga tidak ada kebiasaan menulis di dalam diri. Maka menulislah setiap hari, apapun yang mau ditulis.

5. Tidak menguasai topik. Topik tulisan itu tidak boleh sembarang pilih. Maka pilihlah topik yang disenangin, dikuasai, dan punya referensi cukup. Jangan nekatmemilih topik yang tidak dikuasai.

6. Tidak cukup literatur. Menulis itu harus punya rujukan. Maka pastikan literatur-nya cukup agar tidak "macet".

7. Salah cara pandang. Menulis ilmiah rendah karena cara pandang salah. Menulis ilmiah dianggap teori bukan praktik. Menulis itu perbuatan bukan pelajaran.

8. Bertindak plagiat. Hari-hati, ini zaman sangat gampang untuk menjiplak atau jadi plagiat. Tinggal salin-tempel alias copy paste itu sudah cukup. Maka menulislah dengan gaya sendiri, orisinal bukan punya orang lain.

Selagi 8 masalah di atas tidak dilawan, maka menulis ilmiah akan tetap jadi momok. Harus ada komitmen untuk "memerangi" persoalan menulis ilmiah. Apalagi mahasiswa dan dosen, para insan akademis yang terhormat. Sederhana saja, menulis ilmiah itu hanya butuh komitmen, butuh konsistensi. Tiada hari tanpa menulis, Menulis ilmiah itu makin susah bila diomongin, diseminarkan. Tapi tidak dijadikan kebiasaan.

Satu hal yang penting, hanya menulis ilmiah-lah yang mengajarkan manusia untuk "tetap bertahan" pada cara berpkir ilmiah. Berpikra ilmiah zaman now itu penting. Karena di luar sana, terlalu banyak hal yang subjektif. Sehingga kita makin sulit membedakan mana fakta mana opini, mana logika mana emosi. Mana yang objektif mana yang subjektif. Hanya menulis ilmiah yang masih "kukuh berpihak" pada hal-hal yang 1) faktual, 2) logis, 3) objektif, dan 4) sistematis. Dan itu semua, ada pada cara berpikir ilmiah.

Ketahuilah, tidak ada perilaku ilmiah yang lahir dari bukan berpikir ilmiah. Dan yang paling ciamik, Ide dan gagasan ilmiah sehebat apapun, sama sekali tidak berguna bila tidak ditulis. Karena sesusah apapun menulis, pasti lebih baik daripada tidak menulis sama sekali. Salam menulis ilmiah, tabik. #TGS #MenulisIlmiah #BiasaMenulis

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun