Saat ditanya, apakah Anda suka menulis ilmiah?Â
Jawabnya, Â 54% suka menulis, 22% tidak suka menulis, dan 24% ragu-ragu.
Namun berikutnya, ketika ditanya, apakah Anda selalu menyediakan waktu selama 30 menit untuk menulis dalam sehari?
Jawabnya, 16% selalu menulis, 45% tidak menulis, dan 39% ragu-ragu.
Apa artinya? Minat menulis ternyata tidak berbanding lurus dengan perilaku menulis. Jawabnya, 54% suka menulis ilmiah tapi faktanya 45% mahasiswa tidak menyediakan waktu untuk menulis dalam sehari.
Alih-alih, tahun 2016, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pun menggiatkan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Tujuannya, untuk memperkuat gerakan literasi nasional. Agar budaya literasi di Indonesia tumbuh dan berkembang. Itu berarti termasuk budaya menulis ilmiah pastinya. Lalu kini, sudah sampai di mana gerakan kterasi nasional itu?
Sungguh, pesoalan menulis ilmiah jadi kian kompleks.
Bila dicermati, memang menulis ilmiah ada masalah. Terlalu banyak problematika yang menghambat kegiatan menulis ilmiah sebagai perilaku. Berdasarkan pengamatan penulis, setidaknya ada 8 (delapan) masalah utama yang dihadapi pembelajaran menulis ilmiah, yaitu:
1. Berjiwa malas. Sehingga tidak mau berhubungan dengan aktivitas menulis. Sibuk dan tidak ada waktu untuk menulis, itulah dalihnya. Malas harus dilawan bukan didiamkan.
2. Gemar menunda. Banyak orang gemar menunda apapun, termasuk menulis. Berani memulai tapi tidak berani mengakhiri. Maka jangan tunda menulis, kerjakan saja.
3. Tidak suka membaca. Memang sulit menulis tidak suka membaca. Hukum alam, menulis itu susah bila tidak didukung bacaan. Maka mulai ciptakan kebiasaan membaca sehari 30 menit saja.