Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Strategi "Turn Taking" Jokowi Vs Prabowo, Menang di Panggung Kalah di Telikung

24 Agustus 2019   11:51 Diperbarui: 24 Agustus 2019   12:12 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Turn taking atau giliran berbicara pada akhirnya adalah manifestasi penggunaan bahasa dalam interaksi politik, yang mencakup: 1) aspek isi, menyangkut topik yang didiskusikan dalam percakapan; secara eksplisit, melalui preposisi, atau diimplisitkan dengan berbagai macam cara; termasuk mengelola topik dan 2) aspek formal percakapan, menyangkut proses percakapan yang terjadi; aturan-aturan yang dipatuhi; dan 'keberurutan' yang dicapai dalam memberikan dan memperoleh giliran sesuai mekanisme turn-taking seperti jeda, interupsi, overlap, dan sebagainya.

Strategi turn taking yang digunakan Jokowi dan Prabowo dalam Debat Pemilihan Presiden 2019 pun dapat menunjukkan gaya bahasa penuturnya dalam percakapan, di samping dapat dikaitkan dengan karakteristik sistem pengambilan giliran bicara para penuturnya.

Bila dari segi penutur, turn taking atau giliran berbicara dalam Debat Pemilihan Presiden 2019 didapati Jokowi berkontribusi 32%, sementara Prabowo berkontribusi 42% dan moderator 26%. Maka dalam realitas politik, ternyata tidak selalu demikian? Itulah bagian dari "dialektika" politik yang terjadi di Indonesia. 

Antar kemampuan berbahasa  dan bernalar boleh jadi tidak sama, tidak berbanding lurus. Menang di Panggung, Kalah di Telikung ... #TurnTaking #Penelitian #Unindra

dokpri
dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun