Singkat kata, per Sabtu, 20 Juli ini, anak saya pun diterima di Prodi Statistika (peminatan Aktuaria) di FMIPA Universitas Brawijaya Malang dan prodi Aktuaria di Univ. Parahiyangan Bandung. Dan akhirnya, ia memilih Univ. Brawijaya Malang. Alhamdulillah.Â
Kata orang bijak "proses itu tidak pernah mengkhianati hasil".
Mungkin ada benarnya. Mengambil hikmah dari perjuangan anak saya sendiri, untuk meraih "target" kuliah di Prodi Aktuaria PTN, akhirnya meraih hasil yang sangat patut disyukuri.
Semakin bersyukur, karena anak saya ini pun mendapat beasiswa personal dari seorang aktuaris ternama di Indonesia. Biaya kuliahnya dibantu beliau, sebutlah beasiswa personal seorang aktuaris ternama.
Proses itu lebih penting daripada hasil. Gagal bersaing di SBMPTN bukanlah keterpurukan, apalagi ketidakmampuan. Sekali lagi, SBMPTN bukan segalanya. Apalagi bila akhirnya, tidak diambil alias tidak cocok dengan pilihan dan kemauan anaknya.
Proses untuk meraih PTN, memang bisa dilakukan via berbagai cara. Asalkan si anak punya kegigihan, daya juang berkompetisi dan bermentalitas ikhlas, percaya diri, tetap ikhtiar dan dipuncaki doa yang tulus. Karena tidak ada proses yang sia-sia.
Bila ikhtiar dan usaha seoarang anak sudah dimaksimalkan, maka tugas orang tua hanya mendukung dan memfasilitasi keinginannya. Berjuang itu butuh kesabaran, dan tentu keikhlasan serta doa. Maka hasilnya, pasti sesuai harapan.
Sebagai seorang ayah, saya sangat belajar dari anak saya kali ini.
Bahwa dibutuhkan ketenangan, kesabaran, dan tidak panik. Karena setiap pilihan pasti punya risiko. Seperti bersaing di SBMPTN, risikonya diterima atau tidak diteriam. Itu saja, tidak ada yang lain.
Tidak ada yang salah dari anak yang gagal bersaing di SBMPTN. Asal si anak berjiwa "pantang menyerah", never give up. Saat gagal bersaing, jangan emosi apalagi mengeluh dan mengutuk diri gagal atau menyalahkan orang lain.Â