Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan featured

SBMPTN Bukan Segalanya, Kisah Perjuangan Anak Meraih PTN

20 Juli 2019   10:18 Diperbarui: 15 Agustus 2020   07:58 1706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Singkat kata, per Sabtu, 20 Juli ini, anak saya pun diterima di Prodi Statistika (peminatan Aktuaria) di FMIPA Universitas Brawijaya Malang dan prodi Aktuaria di Univ. Parahiyangan Bandung. Dan akhirnya, ia memilih Univ. Brawijaya Malang. Alhamdulillah. 

sumber: tangkapan layar/dokpri
sumber: tangkapan layar/dokpri

Kata orang bijak "proses itu tidak pernah mengkhianati hasil".

Mungkin ada benarnya. Mengambil hikmah dari perjuangan anak saya sendiri, untuk meraih "target" kuliah di Prodi Aktuaria PTN, akhirnya meraih hasil yang sangat patut disyukuri.

Semakin bersyukur, karena anak saya ini pun mendapat beasiswa personal dari seorang aktuaris ternama di Indonesia. Biaya kuliahnya dibantu beliau, sebutlah beasiswa personal seorang aktuaris ternama.

Proses itu lebih penting daripada hasil. Gagal bersaing di SBMPTN bukanlah keterpurukan, apalagi ketidakmampuan. Sekali lagi, SBMPTN bukan segalanya. Apalagi bila akhirnya, tidak diambil alias tidak cocok dengan pilihan dan kemauan anaknya.

Proses untuk meraih PTN, memang bisa dilakukan via berbagai cara. Asalkan si anak punya kegigihan, daya juang berkompetisi dan bermentalitas ikhlas, percaya diri, tetap ikhtiar dan dipuncaki doa yang tulus. Karena tidak ada proses yang sia-sia.

Bila ikhtiar dan usaha seoarang anak sudah dimaksimalkan, maka tugas orang tua hanya mendukung dan memfasilitasi keinginannya. Berjuang itu butuh kesabaran, dan tentu keikhlasan serta doa. Maka hasilnya, pasti sesuai harapan.

Sebagai seorang ayah, saya sangat belajar dari anak saya kali ini.

Bahwa dibutuhkan ketenangan, kesabaran, dan tidak panik. Karena setiap pilihan pasti punya risiko. Seperti bersaing di SBMPTN, risikonya diterima atau tidak diteriam. Itu saja, tidak ada yang lain.

Tidak ada yang salah dari anak yang gagal bersaing di SBMPTN. Asal si anak berjiwa "pantang menyerah", never give up. Saat gagal bersaing, jangan emosi apalagi mengeluh dan mengutuk diri gagal atau menyalahkan orang lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun