Pemahamam masyarakat tentang arti penting dana pensiun memang masih tergolong minim. Karena survei OJK tahun 2016 menyebutkan tingkat literasi Dana Pensiun hanya 10,9% dan tingkat inklusi dana pensiun hanya 4,6%. Masih sangat rendah dibandingkan 120 juta pekerja yang ada di Indonesia. Edukasi dana pensiun boleh dibilang jarang dilakukan. Bahkan edukator dana pensiun pun langka di Indonesia.Â
1. Sudah punya Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pensiun (JP) dari BPJS TK
Mitos ini salah. Karena setiap pekerja yang sudah memiliki program JHT dan JP pada dasarnya hanya untuk memenuhi "kebutuhan dasar" di hari tua, bukan untuk mempertahankan gaya hidup.Â
Bila Tingkat Penhasilan Pensiun (TPP) orang Indonesia ada di 70%-80% Â dari gaji terakhir, maka program wajib JHT atau JP setidaknya hanya bisa memenuhi 30%-40% saja. Maka kekurangannya harus dipenuhi dari program sukarela seperti dana pensiun. Bila pekerja ber-gaji terakhir 10 juta maka membutuhkan 7-8 juta per bulan di masa pensiun.Â
Sementara program wajib hanya bisa memenuhi 3-4 juta, maka program dana pensiun ditargetkan untuk memenuhi kekurangannya. Agar di masa pensiun, tetap bisa memenuhi kebutuhan hidup sekaligus mempertahankan gaya hidup.
2. Dana Pensiun sama saja dengan asuransi -- reksadana -- tabungan
Mitos ini salah. Karena dana pensiun adalah satu-satunya produk atau program yang didedikasikan untuk mempersiapkan masa pensiun. Artinya, dana pensiun hanya bisa diambil bila si pekerja sudah mencapai usia pensiun dan berhak memperoleh manfaat pensiun.Â
Sementara asuransi hakikatnya hanya untuk proteksi atau perlindungan, reksadana adalah alternative investasi yang dapat diambil saat diperlukan sesuai aturan yang ditetapkan, dan tabungan adalah simpanan uang di bank yang penarikannya dapat dilakukan kapanpun, dengan syarat tertentu. Jadi, dana pensiun memang "kendaraan" yang paling pas untuk menyiapkan kesejahteraan di masa pensiun.
3. Hasil investasi dana pensiun kecil dan tidak kompetitif
Mitos ini salah. Karena hasil investasi dana pensiun bersifat jangka panjang, maka dapat dipastikan hasilnya akan berlipat-lipat dari iuran pokok yang disetrokan ke dana pensiun. Tentu, hasil investasi mengikuti kondisi pasar, di samping sangat bergantung pada profil risiko si peserta dana pensiun.Â