Zaman makin maju justru bikin biaya hidup makin mahal, gaya hidup makin konsumtif.
Sementara orang bekerja tentu tidak seumur hidup. Karena cepat atau lambat, pasti ada pensiunnya. Tapi sayang, masih banyak pekerja hari ini yang belum mempersipakan masa pensiun.
Maka sangat wajar, hasil riset menyatakan 7 dari 10 pensiunan di Indonesia mengalami masalah keuangan. Justru bukan saat bekerja. Tapi saat pensiun, ketika tidak bekerja lagi. Bahkan 90% orang Indonesia sangat tidak siap untuk pensiun. Mereka yang bekerja takut akan masa pensiunnya sendiri.
Terbuai oleh gaya hidup, terlilit hutang konsumtif, dan tidak peduli terhadap masa pensiun. Itulah penyebab "tidak sejahteranya" seseorang di masa pensiun. Mengapa? Karena mereka tidak punya dana pensiun, tidak mau menyisihkan sebagian gajinya untuk masa pensiun.
Karena itu, edukasi akan pentingnya dana pensiun harus dikedepankan. Agar pekerja dan pemberi kerja memiliki kesadaran untuk mempersiapkan masa pensiun. Agar sejahtera di hari tua, nyaman saat pensiun ketika tidak bekerja lagi.
Terlepas dari regulasi yang belum optimal atau bahkan produk dana pensiun yang belum mampu mengakomodasi kebutuhan masyarakat. Upaya edukasi dan sosialisasi pentingnya dana pensiun harus terus dilakukan.Â
Agar masyarakat dan pekerja yang tadinya "belum tahu" menjadi "tahu" akan manfaat dana pensiun dan "paham" apa yang harus dilakukan sehingga "yakin" pentingnya mempersiapkan hari tua lalu mau"punya" dana pensiun. Sederhana, agar mereka tetap sejahtera di masa pensiun.
Jangan takut punya dana pensiun.
Tentu, ada banyak cara untuk mempersiapkan masa pensiun. Boleh menabung di bank, boleh membeli reksadana, atau asuransi yang berbasis investasi. Atau investasi berupa property. Tapi harus disadari.Â
Bahwa program yang paling pas untuk mempersiapkan masa pensiun adalah dana pensiun. Karena dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program untuk memenuhi pembayaran manfaat pensiun seorang pekerja atau karyawan.Â
Saat ini dana pensiun ada yang berbentul Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) yang bisa diiliha masyarakat umum atau pekerja dan Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) yang terbatas hanya melayani pekerja dari perusahaan itu sendiri.
Pemahamam masyarakat tentang arti penting dana pensiun memang masih tergolong minim. Karena survei OJK tahun 2016 menyebutkan tingkat literasi Dana Pensiun hanya 10,9% dan tingkat inklusi dana pensiun hanya 4,6%. Masih sangat rendah dibandingkan 120 juta pekerja yang ada di Indonesia. Edukasi dana pensiun boleh dibilang jarang dilakukan. Bahkan edukator dana pensiun pun langka di Indonesia.Â
1. Sudah punya Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pensiun (JP) dari BPJS TK
Mitos ini salah. Karena setiap pekerja yang sudah memiliki program JHT dan JP pada dasarnya hanya untuk memenuhi "kebutuhan dasar" di hari tua, bukan untuk mempertahankan gaya hidup.Â
Bila Tingkat Penhasilan Pensiun (TPP) orang Indonesia ada di 70%-80% Â dari gaji terakhir, maka program wajib JHT atau JP setidaknya hanya bisa memenuhi 30%-40% saja. Maka kekurangannya harus dipenuhi dari program sukarela seperti dana pensiun. Bila pekerja ber-gaji terakhir 10 juta maka membutuhkan 7-8 juta per bulan di masa pensiun.Â
Sementara program wajib hanya bisa memenuhi 3-4 juta, maka program dana pensiun ditargetkan untuk memenuhi kekurangannya. Agar di masa pensiun, tetap bisa memenuhi kebutuhan hidup sekaligus mempertahankan gaya hidup.
2. Dana Pensiun sama saja dengan asuransi -- reksadana -- tabungan
Mitos ini salah. Karena dana pensiun adalah satu-satunya produk atau program yang didedikasikan untuk mempersiapkan masa pensiun. Artinya, dana pensiun hanya bisa diambil bila si pekerja sudah mencapai usia pensiun dan berhak memperoleh manfaat pensiun.Â
Sementara asuransi hakikatnya hanya untuk proteksi atau perlindungan, reksadana adalah alternative investasi yang dapat diambil saat diperlukan sesuai aturan yang ditetapkan, dan tabungan adalah simpanan uang di bank yang penarikannya dapat dilakukan kapanpun, dengan syarat tertentu. Jadi, dana pensiun memang "kendaraan" yang paling pas untuk menyiapkan kesejahteraan di masa pensiun.
3. Hasil investasi dana pensiun kecil dan tidak kompetitif
Mitos ini salah. Karena hasil investasi dana pensiun bersifat jangka panjang, maka dapat dipastikan hasilnya akan berlipat-lipat dari iuran pokok yang disetrokan ke dana pensiun. Tentu, hasil investasi mengikuti kondisi pasar, di samping sangat bergantung pada profil risiko si peserta dana pensiun.Â
Oleh karena itu, peserta harus paham dan yakin dulu sehingga bisa memilih jenis investasi di dana pensiun yang sesuai. Namun dapat dipastikan, bila manfaat pensiun hanya dibayarkan saat usia pensiun tiba maka hasil investasinya sangat menguntungkan dan tergolong besar.
4. Tidak ada keuntungan ikut atau punya dana pensiun
Mitos ini salah. Karena dana pensiun boleh dibilang sebagai program yang memiliki insentif perpajakan. Keuntungan pajak bisa diperoleh bila menjadi peserta dana pensiun.Â
Hanya di dana pensiun, peserta berhak atas fasilitas pengurangan pajak penghasilan, bebas pajak selama diinvestasikan, dan pajak final 5% saat manfaat pensiun dibayarkan.
 Sederhananya Anda bergaji 10 juta, bila tidak punya dana pensiun dan pajaknya 15%, maka pajak senilai 1,5 juta dan take home pay = 8,5 juta. Sedangkan bila punya dana pensiun dengan iuran 1 juta, maka pajaknya 15% dari 9 juta. Maka keuntungan dana pensiun sangat besar bila berlangung dalam jangka waktu yang panjang.
Punya dana pensiun, lebih cepat itu lebih baik. Tapi semakin lambat, semakin kurang menarik. Maka jangan takut punya dana pensiun. Simaklah dengan cermat, ilustrasi dana pensiun berikut ini:
Jangan takut punya dana pensiun.Â
Karena setiap orang kerja pasti bakal pensiun. Ketika rambut beruban, daya ingat pun menurun. Apalagi daya tahan tubuh mulai mengendur. Itulah tanda-tanda usia pensiun tiba.Â
Maka jangan sampai, pekerja tidak bisa sejahtera di masa pensiun. Tidak bisa menikmati hari tua. Akibat tidak tersedianya dana yang cukup untuk memenuhi kebutuhan di masa pensiun.
Masa pensiun bukanlah soal sepele. Tapi pensiun harus dipersiapkan sejak dini.
Karena, masa pensiun itu bukanlah sebuah TEMPAT, melainkan sebuah KEADAAN. Mau seperti apa dan kayak apa di masa pensiun? Pensiun, bukan "gimana nanti' tapi "nanti gimana"? ... #PDPLK #YukSiapkanPensiun
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H