Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenang Kepergian Ibu Ani, Anak Kolong yang Memilih Jalan Tengah

2 Juni 2019   21:34 Diperbarui: 2 Juni 2019   21:52 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jalan tengah seperti sudah menjadi pilihan Ibu Ani.

Sekalipun suaminya telah tidak menjabat sebagai presiden, beliau lebih memilih untuk aktif di aktivitas sosial dan kemanusiaan serta hobby fotografi. Ia tidak ngotot ingin terjun ke politik praktis walau jalan untuk itu terbuka lebar. Apalagi Partai Demokrat dibentuk oleh suaminya. Namun ia lebih memilih untuk menjadi "motivator di belakang layar" termasuk untuk kedua putranya.

Ia tidak ingin seperti Hillary Clinton walau itu bisa dilakukan. Kembali, Ibu Ani lebih memilih jalan tengah. Tetap memberi dukungan politik kepada suami dan anak-anaknya, Tapi tidak tampil ke layar sebagai pemilik panggung politik.

Jalan tengah terakhir yang sangat penting telah dipilih Ibu Ani.

Upacara pemakaman Ibu Ani boleh jadi telah "mencairkan" kekeras-hatian para tokoh politik. Di suasana pemakaman Ibu Ani, ada kehangatan psikologi yang tak ternilai di kalangan para politisi dan pejabat negara. Bahkan pemandangan Pak SBY dan Ibu Mega sedang bersalaman dan saling mengumbar senyum telah jadi bukti bahwa Ibu Ani sebagai sosok jalan tengah diantara keduanya. Bahkan mungkin bagi para politisi yang selama ini berseterus dan berkeras hati mengumbar pendapat dan sikap politik yang keras.

Pilihan jalan tengah, sungguh telah diperagakan almarhumah Ibu Ani di saat kepergiannya.

Karena setidaknya, Ibu Ani telah menyiratkan pesan moral akan pentingnya "memilih jalan tengah" ketika semua ikhtiar dan doa sudah dilakukan. Apalagi di tengah kegaduhan politik pascapilpres. Politik hari ini seolah-olah sudah lupa jalan tengah. Itulah yang menjadi sebab musabab kebencian, hoaks, maupun caci-maki politik. Baik dari mulut para p[olitisi maupun para pendukungnya di media sosial.

Melalui "jalan tengah", setidaknya politik diingatkan agar tidak kebablasan.

Demokrasi bukanlah kebebasan tanpa batas. Demokrasi juga bukan kebencian, bukan hoaks, bukan fitnah. Demokrasi pun butuh jalan tengah, sebuah sikap untuk saling menghormati dan menghargai. Apapun yang terjadi, apapun hasilnya. Jalan tengah adalah pilihan. Agar yang tadinya condong miring ke kiri atau miring ke kanan untuk kembali ke tengah. Ikhitar sudah, doa sudah. Maka berikutnya adalah tetap berdiri di tengah.

Jalan tengah pun jadi isyarat.

Bahwa tidak ada satupun manusia di dunia yang sehat terus, pasti ada sakitnya. Tidak satu pun manusia di dunia senang terus, pasti ada sedihnya. Tidak satupun manusia "di atas" terus, pasti ada " di bawahnya". Maka jangan pula hidup, benci melulu atau cinta melulu. Adakala benci adakala cinta, dan sebaliknya. Itulah jalan tengah. Karena di tengah-tengah pun suatu anugerah, suatu nikmat yang harus disyukuri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun