Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pesan Hari Lansia dan Pentingnya Masa Pensiun

29 Mei 2019   15:29 Diperbarui: 29 Mei 2019   16:12 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanggal 29 Mei telah ditetapkan sebagai Hari Lanjut Usia Nasional (Hari Lansia), sebagai salah satu hari penting di Indonesia.

Sudah barang tentu, Hari Lansia diperingati untuk mewujudkan kepedulian dan penghargaan terhadap orang lanjut usia. Apalagi di tahun-tahun mendatang, tingkat penduduk Indonesia yang akan memasuki usia lanjut kian meningkat. 

Saat ini, berdasarkan data Suspenas 2018, penduduk lanjut usia yang dikategorikan di atas 50 tahun di Indonesia mencapai angka 24 juta penduduk. Dan faktanya, 10% dari mereka kini sudah tidak bisa melakukan apa-apa, di samping hidup dalam kondisi kekurangan.

Lanjut usia, pada dasarnya identik dengan hari tua atau masa pensiun.

Untuk itu, sangat penting memberi edukasi kepada masyarakat untuk lebih peduli pada hari tua atau masa pensiun. Karena menangani usia lanjut bukanlah hal sepele. 

Apalagi secara umum, seringkali usia lanjut menjadi "titik awal" persoalan ekonomi, persoalan kesehatan yang menyelimuti banyak kaum lanjut usia di Indonesia. 

Betapa banyaknya kaum usia lanjut yang mengalami depresi atau masalah kesehatan? Bisa jadi, kondisi ini dikarenakan kurangnya edukasi untuk mempersiapkan hari tua atau masa pensiun, termasuk merencanakan kehidupan di usia lanjut, mau kayak apa dan bagaimana?

Spiritnya sederhana, mau seperti apapun kondisi kita di masa muda atau masa produktif, suka tidak suak, kita harus mempersiapkan kedatangan "masa tua"? Tentu, untuk menciptakan hari tua yang mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Karena data menunjukkan, 73% pensiunan di Indonesia pada akhirnya mengalam masalah finansial di saat tidak bekerja lagi. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang menggantungkan hidupnya kepada orang lain, baik anak maupun saudara. 

Bahkan survei bertajuk "Future of Retirement, Bridging The Gap" tahun 2018 menyatakan bahwa mayoritas orang Indonesia mengalami kekhawatiran akan mandiri secara finansial saat masa pensiun nanti. 

Sebanyak 86% khawatir akan dapat hidup dengan nyaman, 83% khawatir akan meningkatnya kebutuhan biaya kesehatan, dan 77% khawatir akan kehabisan dana pensiun.

Masa tua atau masa pensiun pada dasarya bukan soal waktu, bukan soal umur. Tapi masa tua adalah soal keadaan. Mau kayak apa dan bagaiman di masa tua?

Maka sebelum masa lanjut usia tiba, sangat penting bagi orang Indonesia untuk mempersiapkan masa tua selagi muda, selagi masih produktif. Agara kekhawatiran seperti survei bisa diantisipasi. 

Bekerja keras selagi muda memang penting. Tapi sama pentingnya dengan mempersiapkan masa tua yang tetap sejahtera. Karena cepat atau lambat, masa pensiun dan masa tua pasti tiba. Masalahnya, apakah kita sudah mempersiapkannya dari sekarang?

Dalam kontesk masa tua atau masa pensiun, maka penting untuk mengenali keadaan yang lazim terjadi pada orang Indonesia di masa tua. Setidaknya ada 6 (enam) keadaan yang sering terjadi di masa tua atau masa pensiun pada orang Indonesia:

1. Masa tua kaya raya
Keadaan ini biasanya terjadi pada orang yang semasa bekerja rajin menabung untuk masa pensiun, ikut program pensiun dan tidak bergaya hidup konsumtif. 

Ukurannya, orang ini punya uang lebih banyak 3 kali lipat dari gaji saat bekerja. Wajar dia bisa menikmati masa pensiun dengan sejahtera lagi bahagia. Dari 100 pekerja, hanya 1 orang saja yang pensiunnya kaya raya.

2. Masa tua cukup uang
Keadaan ini terjadi pada pekerja yang ikut program pensiun sejak muda. Sekalipun iuran pensiun tidak besar tapi karena jangkanya panjang maka akumulasi dana pensiunnya tergolong cukup untuk membiayai kebutuhan dan gaya hidupnya di masa pensiun. 

Ukurannya, orang ini punya uang yang cukup atau sama dengan 1 kali gaji saat bekerja. Cukup sejahtera di masa pensiun. Dari 100 orang mungkin hanya 4 orang saja yang pensiunnya cukup uang.

3. Masa tua masih bekerja
Keadaan ini terjadi pada pekerja yang "sedikit lalai atau terlambat" ikut program pensiun. Saat pensiun dia punya uang tapi tidak cukup biaya hidup, masih kurang untuk biaya hidup. 

Maka wajar di masa pensiun "terpaksa" bekerja lagi. Ukurannya, orang ini saat pensiun hanya punya dana setengah dari gaji terakhir saat bekerja setiap bulan. Dari 100 orang, ada 12 orang yang masih bekerja lagi di masa pensiun.

4. Masa tua bergantung kepada orang lain
Keadaan ini terjadi pada pekerja yang sama sekali tidak punya perencanaan pensiun saat bekerja. Gemar gaya hidup saat bekerja bahkan berjiwa konsumtif. Tapi lupa menabung untuk pensiun. Maka di masa pensiun, terpaksa bergantung kepada anak-anaknya atau saudaranya. 

Agar bisa ikut bantu biaya hidup semasa pensiun. Ukurannya, orang ini uang hanya seperempat dari gaji terakhir saat bekerja. Uang pensiunnya sama sekali tidak cukup. Dari 100 orang, mungkin ada 43 orang yang hidupnya bergantung kepada orang lain.

5. Masa tua sakit-sakitan
Keadaan ini terjadi pada pekerja yang seringa tidak peduli pada kesehatan. Akibat tidak bekerja lagi stres, bahkan tidakbpunya uang yang cukup. 

Sakit-sakitan dan mulaui mengalami gangguan kesehatan. Ukurannya, orang ini punya uang pensiun setengah dari gaji saat bekerja. Tapi itu semua habis untuk membiayai pengobatan. Dari 100 orang, mungkin ada 12 orang yang menjalani masa pensiunnya sakit-sakitan.

6. Masa tua miskin
Keadaan ini biasanya terjadi pada pekerja rendahan yang saat bekerja pun gagal menabung untuk masa pensiun. Dia tidak punya gaya hidup tapi juga tidak ikut program pensiun. 

Gaji saat bekerja selalu habis untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Maka wajar saat pensiun, tidak punya penghasilan lagi hingga menjadi sebab miskin. Ukurannya, orang ini sama sekali tidak punya uang di saat pensiun karena tidak bekerja lagi. Dan saat bekerja pun tidak punya tabungan untuk masa pensiun. Tidak ikut program pensiun. Dari 100 orang, ada 28 orang yang di masa pensiunnya jatuh miskin.

Keenam keadaan di masa tua atau masa pensiun di atas, tentu bukan untuk menakutkan. Karena pada dasarnya, kita bisa memprediksi keadaan esok dengan apa yang kita punya hari ini. Memang, masa tua atau masa pensiun bisa jadi masih lama, entah 5 tahun lagi atau 20 tahun lagi. 

Tapi seberapa lama pun masa tua akan tiba, bila kita tidak persiapkan sejak dini maka ketakutan itu akan menjadi nyata. Mau tidak mau, ikhtiar untuk mempersiapkan masa tua atau masa pensiun yang sejahtera menjadi penting dilakukan sekarang. Agar nanti, tidak menjadi beban bagi orang lain.

Enam keadaan di masa tua atau masa pensiun seperti di atas, pasti bisa terjadi pada diri kita, pada siapapun. Masa pensiun mau kaya raya, cukup uang, masih bekerja, bergantung kepada orang lain, sakit-sakitan atau miskin? Semuanya tergantung pada rencana kita, pada kesadaran kita akan pentingnya mempersiapkan masa tua atas masa pensiun dari sekarang.

Riset lain menyatakan bahwa 90% orang Indonesia tidak siap pensiun. Itu pertanda bahwa masa tua atau masa pensiun adalah masa yang menakutkan, mengkhawatirkan. Maka jawabannya, mulailah untuk ikut program pensiun dari sekarang; dengan menyisihkan sebagian uang masa tua, untuk masa pensiun.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Good workers, ketahuilah masa tua atau masa pensiun pasti menghampiri kita.

Kerja pun bukan untuk selamanya. Ibadah yang harus selamanya. Masa tua atau masa pensiun, cepat atau lambat pasti akan dialami setiap orang. Siapapun dan apapun pekerjaannya. Maka menjadi penting hari ini, untuk mempersiapkan masa tua atau masa pensiun. 

Menyadari akan pentingnya mempersiapkan masa tua yang sejahtera, maka salah satu solusinya bisa dilakukan dengan menjadi peserta DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan), program yang menjanjikan manfaat pensiun yang ada di pasaran.

Banyak orang ingin masa pensiun sejahtera. Tapi tidak banyak orang yang sungguh-sungguh menabung secara rutin untuk masa pensiunnya. Karena pensiun dianggap "gimana nanti" bukan "nanti gimana".

Sungguh "niat baik" di masa pensiun tidak cukup. Hari ini yang dibutuhkan "aksi nyata" untuk bersiap pensiun. Setiap pekerja dan setiap pemberi kerja "harus sadar". 

Bahwa menyiapkan masa tua atau masa pensiun yang sejahtera itu penting. Dan harus dimulai sejak dini, dari sekarang. Karena masa tua atau masa pensiun, idealnya seseorang dapat menikmati masa indah dalam kehidupannya.

Maka tidak perlu menunggu masa tua, siapapun harus berani untuk memulainya. Karena banyak orang peduli pada masa hidupnya. Tapi tidak banyak orang peduli terhadap masa tuanya. Siapapun pasti bisa jaga gaya hidup sehat, sehat fisik sehat finansial.

Selamat Hari Lansia #HariLansia #YukSiapkanPensiun #SadarPensiun

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun