"Aku kasih pilihan, kamu ikuti pilihanku atau kita cukupkan hubungan ini" ancam Rangga.
"Baik, bila itu maumu. Aneh, cuma soal politik bisa merasuk ke urusan kita. Aku putuskan kita cukupkan hubungan ini..." jawabku dengan lantang.
Aneh. Cuma gara-gara nafsu berkuasa, banyak orang bertindak tidak masuk akal. Mereka membolehkan untuk membenci atau menghujat. Karena ingin menang. Kadang, mereka hampir lupa. Bahwa di balik ini semua, ada kekuatan yang tidak bisa disangkal. Yaitu, skenario Allah SWT.
Kini, aku belajar. Dari cinta dari politik.
Mengapa ada orang yang berani berlaku kasar kepadaku padahal ia cinta? Aku pun aneh, kenapa aku masih cinta bila sudah tidak sepaham.
Adalah saat yang tepat.
Untuk aku katakan dengan tegas. Bahwa aku tidak bisa lagi kompromi dengan apa yang disebut cinta. Maka aku hapus nama itu dari hidupku! Karena, aku salah mencintaimu ...
Sore ini, senja pun hampir tenggelam. Aku perlahan-lahan meninggalkan kampus. Sambil meninggalkan kenangan bersama Rangga. Â Sambil mendoakan yang terbaik bersamanya.
Biarkan cinta yang salah ini aku buang jauh-jauh...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H