Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pilpres di Mata Kaum Sarungan

8 April 2019   07:27 Diperbarui: 8 April 2019   07:32 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orang yang sering sarungan. Harusnya mampu menjaga diri. Menjaga diri dari nafsu berkuasa, nafsu dunia. Bahkan mampu menjaga orang lain agar tidak mendapat keburukan darinya. Makanya sarungan, agar gak cidera atau menciderai.

Sarung itu hanya simbol. Agar lebih legowo dan mau menerima realitas. Karena siapapun, orang besar atau orang kecil sama saja bila pakai sarung. Sarung gak pernah membeda-bedakan ukuran. Semua cocok dan pas bila pakai sarung.

Jangankan ke masjid atau di rumah. Sarung juga pantas dipakai ke undangan, ke tempat kerja atau ke sawah sekalipun. Ngobrol pakai sarung pantes, main bola pakai sarung pun bisa. Walimahan pakai sarung juga pantes. Sarung itu serba pantas; buat siapa saja dan pangkat apa saja.

Maka pakailah sarung. Jadilah kaum sarungan. Agar bisa menahan diri, bisa menjaga apa-apa yang berbahaya. Bukan asal omong, asal celoteh. Susah bangsa ini maju, kalo dasarnya benci dan gak suka orang lain.

Sarung itu memang sulit bila dibanding sama teknologi digital. Walau sarungan belum tentu gak ngerti digital. Atau mentang-mentang era digital ekarang emang zaman digital lantas melupakan sarung. Karena sarung, itu tempat singgah kita yang paling apa adanya, paling asli. 

Sarung, bisa bikin kita singgah sebentar di masa lalu. Tapi lebih banyak bersiap untuk masa depan, masa jelang kematian tiap anak manusia. Agar lebih rajin ibadah, rajin berbuat dan menebar kebaikan....

Buat kaum sarungan. Pegangannya adalah "Allah menguji kamu dengan sesuatu yang kamu cintai di dunia. Maka janganlah berlebihan untuk mencintainya, agar kelak penyesalan dan kesedihan tidak berlebihan"

Jadi, pakailah sarung. Ambil sarung kita sekarang juga. Kenakan lagi. Agar tidak kebablasan, biar lebih adem. Dan jangan lupa, sarung itu gulungannya di depan bukan di belakang. Biar gak kebanyakan mengingat masa lalu. Tapi lebih fokus ke masa depan...  Tanpa perlu membenci atau menghujat.

Seperti sarung. Apapun yang terjadi di luar sana, sarung selalu melindungi apapun yang ada di dalamnya; selalu bersyukur atas apa yang sudah dimilikinya ... salam dari kaum sarungan nan ciamikk #KaumSarungan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun