Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pilpres di Mata Kaum Sarungan

8 April 2019   07:27 Diperbarui: 8 April 2019   07:32 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jelang pilpres, banyak orang makin sangar-sangar. Panasnya ngalahin orang sakit demam tingkat tinggi. Kampanye disuruh "jual program" malah ngerasanin orang. Ngotot ingin berkuasa; nafsu mengejar tahta. 

Alih-alih ngotot bela calon pujaan. Terpaksa kebencian, hujatan, hasutan mungkin juga fitnahan jadi bahan obrolan. Kenapa begitu? Bisa jadi, mereka udah lama lupa sarungan. Tidak lagi gemar "sarungan".

Sarungan. Sebut saja kaum sarungan.

Karena kaum sarungan hidupnya gak sudi dikuasai ego. Bila mau menang pun bukan untuk mengalahkan orang lain. Tapi ingin memperbaiki diri.

Orang zaman now, mungkin, udah gak suka pake sarung. Jarang sarungan. Jadi gak bisa menahan diri lagi, gemar dengan yang sia-sia.

Pidato kalo jadinya bikin gaduh buat apa. Berkata-kata kalo cuma mau bilang menebar kebencian juga buat apa. Negeri ini banyak sia-sia. BISA JADI, UDAH JARANG SARUNGAN.

Sarung atau sarungan. Bukan soal harga atau prestise. Tapi soal nilai-nilai. Nilai untuk menahan ego, nilai untuk menjaga keutuhan bangsa biar gak bubar. Sarungan itu ada adabnya, ada akhlaknya. Agar semuanya yang telah diperjuangkan tidak sia-sia.

Kata pepatah "bagai menghasta kain sarung". Agar kita ikhtiar untuk tidak melakukan pekerjaan yang sia-sia; sibuk tapi gak menghasilkan apa-apa. Begitu kira-kira artinya.

Kaum sarungan. Karena memakai sarung berarti mau menahan diri. Karena yang ada di dalam sarung itu "sesuatu" yang berbahaya. Keris, pistol pun ada sarungnya. Disarungi, agar tidak bahaya buat orang lain. 

Maka sarungan itu untuk menahan apa-apa yang ada di dalamnya. Tidak untuk diperlihatkan dan dipamerkan ke orang lain. Sayang sekali, mulut gak ada sarungnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun