Mereka lebih senang memfasilitasi gaya hidup dan hobby anak daripada membaca atau menulis. Orang tua yang notabene memiliki tingkat pendidikan tinggi dan ekonomi berkecukupan, malah lebih berani merogoh saku lebih tebal untuk membeli kebutuhan anak yang bersifat konsumtif, fashion, gawai daripada membeli buku.Â
Generasi literat, mungkin cukup hanya sebatas diskusi bagi sebagian orang. Minat baca rendah dan tradisi baca lemah itulah sumber salah kaprah.
Hadirnya generasi literat maka dipastikan akan lahir pula generasi yang melek teknologi, melek politik, bahkan melek informasi. Sehingga dalam situasi seperti sekarang, anak-anak akan tetap berpikir objektif dan menjauhi sikap membenci dan caci maki. Literat itu tercermin dari sikap dan perilaku literasi yang ada dalam diri.
Kadang kita lupa. Tntangan zaman dan peradaban di masa depan itu hanya bisa dilawan oleh mereka yang dekat dengan literasi. Generasi literat pasti dapat menjadikan bangsa ini mampu bersaing dan lebih maju dari sekarang. Bukan berkutat pada hal-hal yang tidak produktif lagi tidak kondusif.
Mewujudkan generasi literat adalah tanggung jawab semua pihak. Tidak ada satupun dari kita yang boleh membiarkan informasi dicari dengan cara yang salah, disebarkan dengan cara yang salah. Bahkan dipergunakan untuk tujuan yang salah. Bila itu terjadi, kita berarti sedang menghancur-luluhkan budaya literasi.Â
Sekali lagi, generasi literat itu sadar. Bahwa tiap informasi harus dicari dengan cara yang benar. Dan digunakan untuk keperluan yang benar pula. Salam literasi... #TBMLenteraPustaka #BudayaLiterasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H