Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mahasiswa Unindra Jadikan Menulis Ilmiah sebagai Kompetensi

21 Desember 2018   19:53 Diperbarui: 21 Desember 2018   20:33 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menulis ilmiah seringkali jadi momok. Dianggap sulit dan gagal direalisasikan oleh mahasiswa dimanapun. Berangkat dari anggapan itu, mahasiswa Semester VII Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Indraprasta PGRI mengubah cara piker menulis ilmiah sebagai kompetensi, sebagai proses menulis yang membutuhkan keberanian. 

Hingga akhirnya, terbitlah buku "Sentimen Bahasa Politik", buku kumpulan artikel ilmiah karya mahasiswa dan dosen yang disajikan secara ilmiah pada 18 November 2018 lalu.

Melalui bimbingan dosen pengampu, Syarifudin Yunus, M.Pd, buku tersebut diluncurkan sebagai jawaban atas "ketakutan" mahasiswa dalam menulis ilmiah selama ini. "Buku Sentimen Bahasa Politik adalah bukti keberanian mahasiswa dalam menulis ilmiah. Hal ini menjadi perilaku penting dalam menulis. Karena menulis bukan hanya pelajaran tapi perilaku yang harus dibuktikan dalam bentuk karya tulisan" kata Syarifudin Yunus di akhir kuliah penutup kemarin di Kampus Unindra.

Banyak orang memahami Menulis Ilmiah sebatas mata kuliah atau bahan pembelajaran. Padahal menulis adalah perbuatan. Karena "menulis" berarti perbuatan atau perilaku menuangkan ide atau gagasan secara tertulis. 

Sedangkan "ilmiah" berarti bersifat ilmiah; memenuhi kaidah ilmu pengetahuan. Maka, Menulis Ilmiah merupakan perilaku dalam menuangkan ide atau gagasan secara tertulis yang memenuhi kaidah ilmu pengetahuan. Antonim "menulis ilmiah" adalah "menulis nonilmiah".

Oleh karena itu, Menulis Ilmiah harus berlandaskan kompetensi. Kompeten dalam menulis, kompeten dalam berpikir ilmiah. Banyak orang belajar Menulis Ilmiah tapi pada akhirnya tetap tidak bisa menulis ilmiah. Karena banyak guru atau dosen Menulis Ilmiah yang hanya mengajarkan materi tapi tidak memberi contoh nyata untuk menulis ilmiah. 

Menulis Ilmiah menjadi gagal ketika para pembelajar tidak mampu menulis ilmiah, ketika pengajar tidak mau dan tidak mampu menjadi contoh dalam menulis ilmiah. Menulis Ilmiah hanya sebatas dipelajari, tetapi tidak dilakukan. Sekali lagi, menulis ilmiah adalah kompetensi.

Adalah fakta, minat dan jumlah tulisan ilmiah di Indonesia masih sangat rendah. Data dari Scientific American Survey (1994) menunjukkan bahwa kontribusi tahunan Scientist dan Scholars Indonesia pada pengetahuan (knowledge), sains, dan teknologi hanya 0,012 persen. Jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan Singapura 0,179 persen. 

Apalagi dibandingkan kontribusi ilmuwan di AS yang mencapai 20 persen. Data lain, di Indonesia hanya ada 0,8 artikel per satu juta penduduk, sedangkan di India mencapai 12 artikel per satu juta penduduk. Maka wajar, kemampuan menulis ilmiah di Indonesia berada di posisi terendah dibandingkan negara-negara ASEAN seperti Malaysia, Singapura, atau Thailand.

Maka solusi dalam belajar Menulis Ilmiah, tidak ada yang lain selain menjadikan menulis sebagai kompetensi. Berani dalam menulis ilmiah, gemar dalam menulis ilmaih. Menulis Ilmiah tidak hanya bahan ajar. 

Tapi harus menjadi perilaku atau kebiasaan dalam menulis ilmiah. Caranya sederhana, pembelajar maupun pengajar harus latihan menulis yang serius, terarah, dan sesuai kaidah penulisan ilmiah. Setelah itu, berani untuk mempublikasikannya sehingga bermanfaat bagi pembaca. Menulis Ilmiah harus dilandasi "keteladanan", contoh dan perilaku yang baik dalam menulis ilmiah.

"Di tengah era informasi yang begitu terbuka, kemampuan menulis mahasiswa sangat penting. Agar kita dapat mencerna setiap informasi dan mampu diantisipasi melalui tulisan yang bersifat ilmiah. Apalagi informasi dan beriat hoak yang massif seperti sekarang, tentu hanya bisa dijawab secara ilmiah, berdasar logika dan objektivitas" tambah Syarifudin Yunus, dosen yang telah berkiprah lebih dari 24 tahun di Unindra.

Patut diketahui, menulis ilmiah merupakan bentuk penyampaian pikiran ilmiah secara tertulis dan harus memenuhi syarat keilmiahan, seperti 1) faktual, 2) logis, dan 3) sistematis. Menulis ilmiah bertumpu pada keterampilan menulis dan cara berpikir ilmiah yang dituangkan ke dalam tulisan. 

Maka tulisan ilmiah yang baik harus mampu "mendekatkan jarak" antara penulis dan pembaca. Karena itu, Menulis ilmiah mengharuskan terjadinya pemahaman dan penafsiran yang sama antara pembaca dengan isi bacaan.

Secara proses, menulis ilmiah harus memuat karakteristik dalam karya ilmiah. Beberapa karakteristik penting yang harus ada dalam sebuah tulisan ilmiah adalah: 1) isi yang menyajikan ide yang faktual atau gagasan yang logis secara objektif dan sistematik, 2) Sistematis yang memenuhi kaidah penulisan yang baik dan diatur dalam konvensi ilmiah, dan 3) Bahasa yang memaparkan gagasan dengan kalimat yang lugas dengan diksi dan makna yang jelas serta memenuhi kaidah bahasa baku.

Maka sekali lagi, menulis ilmiah adalah kompetensi. Agar hasil pembelajaran Menulis Ilmiah mampu mencapai tujuannya. Bukan hanya tahu tentang menulis ilmiah, tapi tidak mampu berperilaku untuk menulis ilmiah. Menulis Ilmiah bukan untuk ditunggu, bukan pula untuk dipelajari semata. Tapi seharusnya Menulis Ilmiah dilakukan sekarang, bukan esok atau lusa. 

Sehingga akhirnya, menulis ilmiah mampu menguak makna bahwa "opini itu bebas, tetapi fakta adalah suci".. #MenulisIlmiah #Unindra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun