Mengapa ada rasa sakit di masa pensiun?
Sakit di sini bukan masalah medis. Tapi soal keadaan seseorang di masa pensiun. "Rasa sakit" di masa pensiun terjadi karena tidak adanya ketersediaan dana yang cukup untuk membiayai kebutuhan sehari-hari di masa pensiun.Â
Ketika bekerja punya segudang gaya hidup, namun sayang tidak bisa dipertahankan di masa pensiun. Masa pensiun semakin "sakit" karena tingkat penghasilan pensiun (TPP) yang harusnya 70-80% dari gaji terakhir hanya bisa terpenuhi 30% saja dari tabungan hari tua yang wajib dari JHT dan JP.Â
Maka konsekuensinya, kelayakan hidup di masa pensiun mengalami penurunan berbanding saat masih bekerja.
Masa pensiun, bagi siapapun, berpotensi "sakit". Bila masa bekerja tidak digunakan untuk mempersiapkan masa pensiun. Saat bekerja dan bergaji tidak mau menyisihkan sebagian dana untuk program pensiun saat tidak bekerja lagi berpeluang besar akan "sakit" di masa pensiun.Â
Data menunjukkan 73% pensiunan di Indonesia memang mengalami masalah keuangan di masa pensiun, bukan saat bekerja. Keadaan "sakit" inilah yang harus diantisipasi banyak pekerja di Indonesia.
Lalu bagaimana cara menyembuhkan potensi "rasa sakit" di masa pensiun?
Tentu dibutuhkan terapi khusus untuk menyadari bahwa masa pensiun harus dipersiapkan sejak dini. Setiap pekerja harus berani dan mau mempersiapkan "tujuan" di masa pensiun, mau apa dan seperti apa?
Terapi kesehatan keuangan di masa pensiun bisa disebut dengan"hipnopensiun". Setidaknya hipnopensiun melalui empat fase. Satu, menentukan tujuan yang ingin dicapai di masa pensiun atau kehidupan seperti apa yang diinginkan di masa pensiun.Â
Kedua, membayangkan keadaan masa pensiun yang sejahtera dan nyaman, bukan sebaliknya. Ketiga, mensugesti diri untuk tidak boleh "sakit" di masa pensiun atau mampu mencapai kehidupan masa pensiun yang sama baiknya dengan masa bekerja.Â
Empat, mengambil langkah nyata untuk rutin menabung untuk masa pensiun yang bisa dilakukan melalui program pensiun.