Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Menaksir Masalah Finansial Anda di Masa Pensiun

31 Agustus 2018   08:35 Diperbarui: 31 Agustus 2018   08:46 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap orang kerja pasti ingin sejahtera di hari tua, di masa pensiun. 

Tapi sayangnya, tidak semua orang kerja berhasil merencanakan masa pensiun yang keren. Mengapa? Karena mereka "gagal" mempersiapkan ketersediaan dana untuk hidup di masa pensiun, saat tidak bekerja lagi. 

Mau tidak mau, realitas yang terjadi pun tidak sedikit pensiunan yang hidupnya berakhir tragis. Jatuh miskin di masa pensiun atau hidup sebatang kara karena dianggap menjadi beban bagi keluaragnya. Jelas, masalah finansial "menghantui" kebanyakan pekerja di Indonesia.

Sementara fakta lain di era milenial ini mengungkapkan bahwa masalah keuangan jadi pemicu terbesar terjadinya perceraian. Ada 59% pasangan bercerai akibat masalah finansial (Survei Edelman Intelligence akhir tahun 2016). Di Indonesia sendiri, angka perceraian tiap tahun meningkat 16-20 persen. Lagi-lagi, penyebabnya karena masalah uang.

Maka, untuk apa bekerja dan bisa hidup mewah di saat bekerja. Tapi gagal mempertahankan kecukupan finansial di masa pensiun? Saat bekerja mampu mengikuti tren gaya hidup, terlihat konsumeris, bahkan sedikit hedonis. Namun setelah pensiun, mengalami kesulitan finansial. 

Survei membuktikan, 73% orang kerja di Indonesia mengalami masalah finansila di masa pensiun. Mungkinkah nanti, Anda termasuk di dalamnya? Semoga tidak dan bukan Anda.

Lalu, gimana menaksir masalah finansial Anda di masa pensiun?

Saat ini di Indonesia, rata-rata usia pensiun berada di kisaran 55- 60 tahun. Dalam konteks pensiun, seberapa lama Anda bekerja tidak akan berpengaruh terhadap kesejahteraan masa pensiun bila Anda tidak menyisihkan "sebagian dana" untuk program pensiun. Belum lagi, usia harapan hidup Indonesia kini telah mencapai 72 tahun.  Lalu, seberapa Anda siap uang untuk menghidupi diri sendiri dan keluarga di masa pensiun? Sungguh, pertanyaan yang mudah tapi sulit dijawab.

Sebagai insan beragama, kita sepakat, bahwa hidup adalah urusan Tuhan Yang Maha Kuasa. Bahkan setiap insan, pasti sudah punya rezeki masing-masing. Tapi tentu, itu semua bukan berarti tanpa perencanaan, tanpa kalkulasi. Antara berapa pemasukan dan berapa pengeluaran? Saat bekerja Anda masih punya income, namun setelah pensiun dari mana income Anda? Keadaan yang patut direnungkan orang kerja.

Ketahuilah good worker Indonesia.

Sebuah studi menyebut Tingkat Penghasilan Pensiun (TPP) atau replacement ratio seseorang di masa pensiun adalah 70%-80% dari gaji terakhir. Itu artinya, seorang pekerja membutuhkan "uang pensiun" sebesar 70%-80% dari gaji terakhir untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari, di samping tetap dapat mempertahankan gaya hidupnya. 

Sementara secara kalkulasi, program Jaminan Hari Tua (JHT) dan jaminan pensiun yang "wajib" dan sudah Anda miliki, termasuk uang pesangon imbalan pasca kerja dari kantor Anda bila dijumlahkan, mungkin hanya mencapai 30% dari TPP yang diperlukan. Dengan demikian, setiap pekerja ditaksir memiliki kekurangan TPP antara 40%-50%. Lalu, dari mana Anda menutupi kekurangan TPP tersebut?

Sebagai contoh, Anda yang bergaji Rp. 10 juta saat memasuki pensiun. Maka dibutuhkan TPP sebesar 7-8 juta per bulan di masa pensiun. Sedangkan uang JHT, Jaminan Pensiun, dan pesangon yang Anda terima bisa jadi hanya memenuhi kebbutuhan Rp. 3 juta per bulan saja. Maka dari mana kekurangan Rp. 4-5 juta yang dibutuhkan untuk biaya hidup Anda di masa pensiun?. Mulailah berpikir sekarang dan mengambil aksi nyata untuk masa pensiun diri sendiri.

Good worker Indonesia.

Gaya hidup bila diikuti pasti tidak ada batasnya. Konsumerisme pun sering kali berbuah penyesalan. Sedangkan hedonism pasti bertentangan dengan nilai-nilai moral kita. Apalagi pangkat dan jabatan, tentu tidak akan kekal selamanya. Karena setiap yang bekerja pasti akan pensiun pada akhirnya, cepat atau lambat.

Berangkat dari realitas itulah, potensi masalah keuangan Anda di masa pensiun jangan sampai menghantui setiap waktu. Mumpung masih bekerja, segeralah untuk bertindak untuk merencanakan masa pensiun Anda. Mau seperti apa, mau kayak apa di masa pensiun? Semuanya tergantung Anda. Mau atau tidak mempersiapkan masa pensiun yang sejahtera.

dokpri
dokpri
Maka salah satu solusinya adalah memulai untuk menyisihkan sebagian gaji, rata-rata 10% per bulan untuk program pensiun. Dan pilihan yang paling sesuai untuk menyiapkan program pensiun tentu melalui program DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) yang ada di pasaran. 

Anda secara individu dapat memilih DPLK yang sesuai untuk mengikuti program DPLK. Atau Anda sebagai pekerja, mulailah aspirasikan ke perusahaan atau pemberi kerja untuk menyediakan program pensiun DPLK sebagai bagian fasilitas program kesejahteraan karyawan, selain asuransi kesehatan.

Jadi, bagaimana menaksir masalah finansial Anda di masa pensiun?

Hindarilah keadaan "jatuh miskin" di masa pensiun, di saat tidak bekerja lagi. Karena itu akan menjadi beban buat keluarga atau anak-anak kita. Persiapkanlah sejak dini, program pensiun yang memadai untuk memastikan ketersediaan dana yang cukup di masa pensiun. Karena masa pensiun dan hari tua Anda, justru ada di tangan Anda sendiri .... #YukSiapkanPensiun

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun