Bisnis Anda ingin maju, manfaatkan big data. Karena di era milenial, sangat sulit maju. Bila kita tidak percaya data. Data telah bicara hari ini ...
Banyak orang dan institusi bisnis yang "sadar" data itu penting. Tapi gak banyak di antara yang mampu memperlakukan data dengan baik. Membaca dan mengubah data menjadi "sesuatu yang berkualitas dan berkelas". Sementara kita menyebut "customer oriented" dan "big market", semua itu menjadi tidak berguna bila kita "gagal" mengelola data. Itulah pentingnya "big data" atau "mahadata" dalam bisnis apapun, termasuk industri DPLK.
Di era milenial atau Revolusi Industri 4.0, kualitas mengelola data tidak lagi bisa dihindari. Big data bukan hanya makin marak. Tapi akan menjadi tren bisnis masa depan. Big data, suka tidak suka, menghadapkan pelaku bisnis untuk berjibaku dengan "kekuatan  teknologi milenial" yang semakin cepat, semakin tidak terbendung. Ciri pentingnya adaah: 1) adanya jumlah yang sangat besar (volume), 2) pertumbuhan data yang sangat cepat (velocity), dan 3) format data yang beraneka ragam (variety).
Hari ini, data di sekitar kita berubah cepat. Market pun bergeser ekstrem. Berapa banyak bisnis yang "tutup" karena gagal memperlakukan data. Berapa banyak bisnis yang "tergerus" akinat data-data yang dibiarkan. Sungguh, perilaku manual sebentar lagi "tertindas" oleh zaman dan gak lagi kompetitif.Â
Maka solusinya, diperlukan "cara baru" memperlakukan data. Di samping kapasitas teknologi baru yang mumpuni. Karena data bukan hanya berubah cepat. Tapi data harus ditampung, diolah, dianalisis dan dijadikan "senjata tajam" untuk menggebrak pasar. Maka big data, gak bisa dipisahkan dari kultur bisnis, mind set, dan kapasitas teknologi yang digunakan. Big Data, hanya fokus kepada tata kelola DATA diubah menjadi INFORMASI yang memperkaya PENGETAHUAN untuk diimplementasikan menjadi HARAPAN. Ketika itu terjadi, maka bisnis akan survive, akan booming sesuai harapan.
Lalu, apa manfaat big data?
Sangat bermanfaat. Karena big data fokus pada kemampuan mengolah data internal dan eksternal. Sehingga dapat membantu institusi bisnis dan menjadi solusi untuk dalam melakukan 1) pengurangan biaya, 2) efisiensi waktu, 3) pengembangan produk yang market oriented, 4) strategi pemasaran yang  lebigh efektif, dan 5) memicu pengambilan keputusan yang cerdas.
Jumlah data besar dan mampu dianalisis dengan baik, maka di situ ada "kemenangan baru" sebuah bisnis yang dijalankan. Big Data adalah segalanya di era milenial.
Sebagai contoh, dinamika media sosial yang kian pesat. Bisa menjadi peluang yang luar biasa bila dimanfaatkan pelaku bisnis. Sementara bisnis start up begitu booming, bagaimana dengan bisnis-bisnis lainnya? Aapa yang sudah kita lakukan dalam memperlakukan data yang beredar di media sosial seperti: twitter, facebook, dan lainnya? Miliaran konsumen ada di media sosial. Inilah pekerjaan rumah besar agar pelaku bisnis bisa terkoneksi dengan miliaran manusia di dunia maya.
Big data hari ini. Memang, bisa jadi masih sebatas mimpi. Karena faktanya di Indonesia, penggunaan big data masih belum optimal. Teknologi canggih masih dianggap asing dan berbiaya mahal. Tanpa peduli manfaat jangka panjang yang dihasilkannya ke depan. Karena sebagain besar pelaku bisnis belum familiar dengan big data. Apa dan bagaimana pelaku bisnis "memperlakukan" volume, kecepatan, varietas, aariabilitas, dan kompleksitas yang terus berkembang di era milenial.
Dalam konteks industry dana pensiun atau DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan), big data menjadi "persoalan besar". Inilah tantangan yang harus segera dicari solusinya. Demi keberlangsungan bisnis DPLK agar bisa lebih optimal ke depan dan lebih "market oriented". Potensi besar bisnis yang ada di dana pensiun, tidak lagi bisa disikapi sebagai wacana. Harus ada eksekusi dan aksi nyata dalam bentuk tata kelola big data. Tujuannya satu, agar pekreja dan masyarakat Indonesia sejahtera di masa pensiun, masa ketika tidak bekerja lagi.
Bahkan lebih dari itu, big data di DPLK, adalah cara sederhana untuk memulai cara pemasaran baru secara retail untuk program DPLK. Cara beda dan memberi tantangan dalam memperlua penterasi market dana pensiun di Indonesia. Coba dibayangkan. Bila big data diberlakukan di DPLK, berapa potensi dana yang bisa terkumpul dari 50 juta pekerja formal? Atau dari 70 juta pekerja informal di Indonesia yang sama sekali tidak tahu dan sulit mendapatkan layanan dana pensiun?
Big data dan di atas semua itu, sungguh diperlukan "keberanian" dan eksekusi pemanfaatan big data sejak dini. Tentu, atas landasan optimismen bukan pesimisme. Karena kalau bukan kita, siapa lagi yang bisa memajukan industri dana pensiun ke depan ...
Itulah simpulan Seminar Big Data OJK hari ini, 13 Agustus 2018 di Yogyakarta yang dihadiri sekitar 400 profesional dari industri keuangan non bank (IKNB).
How to make money? Using big data and changing the way of DPLK business .... #BigDataOJK #YukSiapkanPensiun
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H