Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kado Nasehat Seorang Ayah untuk Anak Sulung Laki-Lakinya

5 Juli 2018   00:51 Diperbarui: 5 Juli 2018   00:59 5928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekali lagi Nak, selamat ulang tahun ya.

Sebenarnya, Abi ingin sekali menggendongmu. Tapi itu sudah tidak mungkin karena kamu sudah dewasa. Tapi biarlah "gendongan nasehat" ini yang bisa Abi berikan untukmu.

Terus terang, Abi bangga kepadamu Nak.

Karena di dalam dirimu ada bakat pemimpin, bahkan kamu sosok yang inspiratif, punya naluri imaginatif yang tajam dan selalu berhati-hati. Kamu itu pantas jadi pelindung dan cukup simpatik. 

Abi tahu kamu sangat bertanggung jawab, murah hati, mudah bergaul. Selalu gembira seperti tidak pernah susah, bicaranya berisi, bahkan penuh keberuntungan. Maka harusnya, kamu berbakat menjadi intelektual karena teliti, sabar, dan berhati longgar. Sehingga membuat orang lain terpesona dan tentram hati. Dan berhati-hatilah terhadap fitnah, jangan sering begadang, serta hindari kesombongan.

Di hari ulang tahunmu kali ini, buat Abi sangat spesial.

Karena di usia ke-21 ini kamu sudah sangat dewasa. Sudah pantas mengambil keputusan sendiri. Apalagi sebentar lagi kamu wisuda, dan insya Allah bekerja. Kamu itu segera menuju proses pencarian "jati diri" kamu sendiri. Di kehidupan nyata, berkiprah dan bertahan hidup dengan cara kamu sendiri.

Karena itu, izinkan Abi berpesan kepadamu, Nak:

  • Kelak setelah wisuda, bekerjalah untuk ibadah, untuk meraih hari akhirat-mu. Tetaplah dirikan sholat lima waktu dan jangan jauh dari Allah SWT. Karena saat bekerja, kamu akan berhadapan dengan "dunia nyata" yang penuh karakter manusia.  
  • Abi tidak pernah membatasi kamu dalam bergaul, termasuk dalam memilih calon istri nanti. Tapi satu hal yang penting, kelak pilihlah istri yang baik dan menghormati kamu. Karena menikah itu untuk seumur hidup. Abi sangat sedih bila kamu tersakiti. Sebagai laki-laki, Abi tidak akan membiarkan perempuan manapun menyakiti kamu. Laki-laki harus menghormati perempuan. Tapi perempuan yang menjadi istri lebih wajib menghormati laki-laki yang menjadi suaminya. Menikah tidak cukup cinta. Karena cinta tanpa rasa hormat seperti mobil tanpa setir. Renungkanlah Nak akan hal ini.
  • Terakhir Nak, dunia nyata saat kamu bekerja dan berumah tangga kelak sungguh penuh ujian dan cobaan. Maka jika itu terjadi, maka bersikaplah untuk "lebih menengok ke diri sendiri bukan melihat ke orang lain". Jangan mencari atau menyalahkan orang lain. Tapi tengoklah ke diri kita sendiri dan perbaiki. Agar Allah tetap ridho kepada kita. Karena salah seperti apapun, pasti bisa dimaafkan.

Kenapa Abi berpesan seperti itu Nak?

Karena Abi ingin kamu bisa menjadi manusia yang realistis, mampu menyikapi setiap masalah. Selalu sabar dan kuat dalam menjalani hidup yang sementara ini. Hadapilah segala sesuatu dengan sabar dan sholat. Seperti kata QS Al-Baqarah:153 "wasta'inu bisshobri wassholat - minta tolonglah dengan sabar dan sholat". Jadilah pribadi yang selalu bersyukur maka rezekimu akan ditambah. Kita ini apalah Nak, hanya manusia biasa. Tugasnya hanya ikhtiar dan berdoa, selebihnya biarkan Allah SWT yang bekerja untuk kita. Asal kita selalu ada di "dekat-Nya".

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Ke depan Nak, jadilah pemaaf bukan pendendam. Karena di dunia ini, sudah makin sedikit orang yang mau memaafkan. Lebih gemar bermusuhan atau memusuhi. Semuanya sudah terkikis oleh kesombongan dan sikap "mau menang sendiri" lalu merasa "benar sendiri" sementara orang lain pasti salah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun