Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tak Siapkan Dana Hari Tua, Sepertiga Pensiunan di Indonesia Menyesal

25 Februari 2018   16:14 Diperbarui: 27 Februari 2018   19:17 3745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: Telegraph.co.uk | HOWARD McWILLIAM

Gak sangka, sepertiga pensiunan di Indonesia menyesal. Apa sebabnya?

Adalah fakta di masa pensiun, hanya 5 dari 100 orang Indonesia yang bebas secara finansial alias sejahtera di hari tua. Maka, sekitar 70% atau ada 7 dari 10 orang Indonesia yang masih ingin bekerja di usia pensiun. 

Sementara jika hari ini orang Indonesia tidak bekerja, maka uang tabungan yang dimilikinya rata-rata hanya cukup untuk 11 minggu ke depan saja. Itu semua fakta sesuai studi tentang masa pensiun yang beredar di publik.

Sementara fakta lain menyatakan usia harapan hidup orang Indonesia saat ini sudah berada di kisaran 70 tahun. Jika usia pensiun di 55 tahun, maka masih ada kehidupan 15 tahun lagi setelah pensiun bagi seorang pensiunan.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Sepertiga pensiunan di Indonesia menyesal. Lalu, apa yang sudah disiapkan oleh orang Indonesia untuk masa pensiun?

Sejago-jagonya pemain bola, pasti ada pensiunnya. Sejago-jagonya pemain musik, pasti ada pensiunnya. Bahkan sehebat-hebatnya anggota DPR pun, pasti ada pensiunnya. Apalagi cuma karyawan, sudah pasti ada pensiunnya. Cuma sayang, sedikit sekali orang Indonesia yang sadar untuk mempersiapkan masa pensiunnya.

Pensiun cepat atau lambat pasti akan dialami setiap orang. Siapa pun dan apapun pekerjaannya. Maka menjadi penting hari ini, untuk mempersiapkan masa pensiun. Menyadari akan pentingnya program pensiun, program yang bertujuan untuk mempersiapkan dana di massa pensiun untuk membiayai kehidupan di saat tidak bekerja lagi.

Banyak orang ingin masa pensiun sejahtera. Tapi tidak banyak orang yang sungguh-sungguh menabung secara rutin untuk masa pensiunnya. Karena pensiun dianggap "gimana nanti" bukan "nanti gimana".

Sungguh "niat baik" di masa pensiun tidak cukup. Hari ini yang dibutuhkan "aksi nyata" untuk bersiap pensiun. Setiap karyawan, setiap perusahaan "harus sadar" untuk menyiapkan program pensiun yang memadai, yang dapat memenuhi harapan di masa pensiun.

Dari berita yang ada. Banyak pensiunan menyesal karena ketika produktif dan masih bekerja tidak menyiapkan "sebagian uang" untuk keperluan masa pensiun, untuk hari tua. Bahkan tidak sedikit olahragawan yang berprestasi buat bangsa dan nagera di samannya. Tapi mereka hidup "mengenaskan" di masa tuanya, ketika pensiun dari profesinya. Akankah kita seperti itu di masa pensiun nanti?

Patut dan penting untuk diketahui, sangat enting untuk menyiapkan program pensiun sejak dini. Selagi masih bekerja, selagi masih muda seharusnya mulai mencicil tabungan untuk masa pensiun. Inilah tujuh sebab pensiunan menyesal di masa pensiun, karena:

  1. Usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat, berada di kisaran 70-an tahun. Artinya saat pensiun tiba, masih ada 15-an tahun masa kehidupan bagi pensiunan.
  2. Akibat inflasi, biaya hidup di masa pensiun berlipat ganda. Artinya, biaya hdup di masa pensiun jauh lebih besar dari masa bekerja.
  3. Sebagian besar pensiunan hidupnya bergantung pada anak atau keluarganya di masa pensiun. Artinya, pensiunan bisa jadi membebani anak atau keluarganya.
  4. Malas menabung untuk masa pensiun. Artinya, ketersediaan dana di masa pensiun pasti kecil atau tidakk cukup karena masa menabung di masa bekerja. Lebih senang hidup bergaya dan konsumtif.
  5. Mikir masa pensiun "gimana nanti" bukan "nanti gimana". Artinya, masa pensiun dianggap urusan belakangan sehingga lupa untuk mempersiapkan sejak dini.
  6. Meremehkan masa pensiun, terlambat peduli hari tua.Artinya, seringkali karyawan menganggap enteng masa pensiun sehingga baru tersadar sesaat sebelum usia pensiun tiba. Wajar, menyesal belakangan.
  7. Hidupnya konsumtif dan boros. Artinya, bersifat konsumtif dan boros. Banyak barang yang dibeli karena INGIN bukan karena BUTUH.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Berangkat dari kenyataan di atas, kini tidak ada alasan lagi untuk menunda memiliki program pensiun. Saat ini banyak perusahaan yang membayarkan pekerjanya saat pensiun atau uang pesangon secara "pay as you go", ketika terjadi baru dibayarkan. Atau banyak juga perusahaan yang hanya mencatatkan kewajiban imbalan pasca kerja karyawannya, namun dananya tidak dipisahkan. Semua itu, sangat berbahaya karena akan dapat mengganggu "arus kas atau cash flow" perusahaan bila terjadi di kemudian hari.

Maka solusinya adalah saatnya mempersiapkan program pensiun, dengan mencicil tabungan sejumlah uang untuk masa pensiun. Mulai sekarang, maka ditambah hasil investasi "sangat dimungkinkna" dana yang tersedia di masa pensiun akan lebih memadai. 

Sehingga siapapun, saat pensiun tiba, dapat menikmati "masa pensiun yang sejahtera". Salah satu caranya, dengan mengikuti program DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) yang ada di pasaran. DPLK adalah "kendaraaan" yang paling pas untuk mempersiapkan masa pensiun yang sejahtera. KERJA YES, PENSIUN OKE.

Ketahuilah, mempersiapkan masa pensiun sama pentingnya dengan masa bekerja. Karena masa pensiun, cepat atau lambat, pasti tiba dan dialami setiap orang. Masalahnya, apa yang sudah dipersiapkan untuk masa pensiun?

Jangan sampai kita menyesal di masa pensiun. Karena MASA PENSIUN; kalo gak sekarang kapan lagi? Kalo bukan kita siapa lagi?

#DPLK #YukSiapkanPensiun #SadarPENSIUN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun