Apalagi coba kalau bukan bersyukur.
Banyak orang yang hidup di gunung, merindukan pantai. Banyak orang yang hidup di pantai, merindukan gunung.
Banyak orang yang tinggal di desa, pengen hidup ke kota. Banyak orang yang tinggal di kota, pengen hidup ke desa. Aneh dan kebalik-balik. Mungkin kurang rasa syukur.
Bersyukur aja kalo pemimpinnya bisa jadi imam sholat di negara lain. Gak usah sibuk mikir dan komen yang gak-gak. Aneh.
Makanya bersyukur.
Biar kita gak terlalu banyak "ngintipin" urusan orang lain. Biar gak keenakan memusatkan diri pada apa yang diinginkan bukan pada apa yang dimiliki. Buat apa sibuk ngurusin nikmat orang lain. Sementara kamu lupa pada nikmat yang kamu punya. Kamu itu kurang bersyukur. Pantas, kalo akhirnya kamu menganggap Allah tidak memberi apa-apa atas apa yang kamu miliki sekarang.
Gerhana itu terjadi sebagai bukti syukut.
Ada saat terang ada saat gelap. Bahkan kadang terang pun tertutup gelap. Begitu pula sebaliknya. Itu semua udah hukum Allah. Tiap gelap pasti diikuti terang. Sebaliknya gak mungkin terang melulu pasti ada gelapnya.
Makanya bersyukur.
Biar kalo punya masalah sedikit jangan langsung merasa orang paling merana sedunia. Lagi-lagi aneh...
Memang, apa saja yang kamu lihat. Pekerjaan, rumah, uang, harta, sakit, orang lain, pemimpin, ini, dan itu. Semuanya paling gampang dikeluhkan, paling gampang dimasalahin. Tapi itu semua bukan berarti "boleh" melupakan syukur.