Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cuma Urusan Politik, Hidup Jadi Gak Sangkil Gak Mangkus

19 Januari 2018   13:21 Diperbarui: 19 Januari 2018   13:34 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Udah pernah denger kata sangkil sama mangkus belum? Udah dong ya. Cuma gak pernah pake aja. Kayak orang-orang aja gak dipake. Doyan beli tapi gak dipake. Doyan ngomong tapi gak dilakonin hehe.

Ini cuma kosakata doang kok. 

Sangkil itu artinya "efisien, berdaya guna." Mangkus itu "efektif, berhasil guna." Kata orang bahasa, itu kosakata baku. Cuma memang jarang dipake karena gak enak, jadi kaku katanya.

Kenapa begitu? Mungkin juga karena kita lebih senang menggunakan kata yang berbau asing. Biar lebih "efisien" (efficient) dan "efektif" (effective). Contoh, seperti kalimat ini: Kamu kalau bicara kurang sangkil dan mangkus...

Sangkil dan mangkus. Sebenarnya bukan soal bahasa saja. Tapi juga cocok buat hidup. Karena zaman now, gak sedikit orang yang hidupnya gak sangkil, gak mangkus.

Berapa banyak orang yang bahasanya baik tapi maknanya buruk. Berapa banyak orang bungkusnya keren tapi isinya jelek. Itu semua terjadi karena hidup yang gak sangkil gak mangkus.

Zaman now. Banyak orang suka tersenyum. Tapi senyumannya terkesan pahit dan menakutkan. Banyak orang ngomong kebaikan. Tapi caranya dengan membenci atau menghujat orang lain. Sama sekali tidak sangkil, tidak mangkus.

Seperti hidup kita. Kita, elo aja kali. Hidup yang tidak sangkil, tidak mangkus. Hidup yang tidak efisien, hidup yang tidak efektif. Karena kerjaannya bukan urusin diri sendiri. Tapi senang urusin hidup orang lain.

Hidup makin gak sangkil, gak efisien.

Tahun lalu, banyak orang merasa telah melakukan banyak hal. Inilah itulah. Tapi di awal tahun ini, bingung sendiri. Prestasi apa yang sudah didapat setahun lalu? Jawabnya gak ada. Ibadah, uang, aset, intelektual, kebiasaannya begitu-begitu saja. Gak banyak berubah.

Terus apa dong yang nambah? Ada dong. Minimal teman di FB nambah banyak, follower Twitter juga nambah. Mungkin sama ngomongin orang juga nambah. Sayang semua itu gak ada manfaatnya. Apalagi ngomongin politik. Gak ada manfaatnya sampe Ipin Upin wisuda juga gak manfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun