Anda BELUM KELAR DENGAN DIRI SENDIRI ...?
Zaman boleh maju. Tapi pikiran belum tentu. Maka wajar, sekarang makin banyak aja orang yang peduli sama urusan yang remeh-temeh. Urusan kecil dibesarin. Urusan besar dikecilin. Urusan internal bilangnya pengaruh dari luar. Urusan luar dibikin heboh di internal. Timbang nonton film diributin.
Kok bisa begitu?
Jawabnya sederhana saja. KARENA ORANG-ORANG ITU BELUM KELAR SAMA DIRINYA SENDIRI.
Gak kelar sama dirinya sendiri.
Itu gak ada hubungan sama pangkat atawa jabatan. Apalagi harta. Itu soal mentalitas, soal cara pikir. Soal orang-orang yang "sangat mampu" menunjuk orang lain sebagai biang kerok. Tapi "gagal" menunjuk dirinya sendiri. Maka wajar, merasa orang-orang di luar sana dianggap musuhnya, menganggap lawannya. Karena dia "gak kelar dengan dirinya sendiri".
Orang itu kalo belum kelar dengan dirinya sendiri. Sudah pasti, pikirannya jelek. Orang lain dianggap sebagai musuhnya. Pesimis lalu skeptis. Karena mereka "tidak sedang berpijak di bumi". Tapi mereka sedang "hidup dalam mimpi dan harapan mereka". Konsekuensinya, masalah kecil dianggap besar. Masalah diri sendiri dianggap masalah akibat orang lain. Selalu dan selalu "gak kelar dengan dirinya sendiri"....
Jadi, orang yang gak kelar dengan diri sendiri. Boro-boro berbuat untuk bermanfaat bagi orang lain. Untuk dirinya sendiri saja, gak kelar-kelar. Merundung lalu nestapa... Seolah apa yang dia alami, itu terjadi akibat perbuatan orang lain. Sebut saja, orang-orang yang gak kelar dengan dirinya sendiri. Hanya bisa bermentalitas "korban".
Beda tentu. Dengan orang-orang yang sudah kelar dengan dirinya sendiri. ORANG-ORANG YANG SUDAH SELESAI DENGAN DIRINYA SENDIRI. Pikiran dan tindakan hanya difokuskan pada visi yang lebih besar. Buru-buru mencari solusi dari tiap masalah yang ada. Bukan meratapi masalah. Apalagi menghindar atawa berdoa biar gak punya masalah.... Sungguh itu hanya omong kosong.
Maka, buatlah kita selesai dengan diri sendiri. Agar tidak lagi bicara "aku" tapi "kita". Agar bisa punya "ruang gerak" untuk memberi manfaat bagi orang lain, maslahat untuk orang lain di sekitar kita. Kenapa kita mau memikirkan orang lain, orang banyak? Pastinya, karena kita sudah kelar dengan diri sendiri.
Mereka sudah kelar dengan diri sendiri. Maka mereka berpikir dan mencari cara untuk bertindak untuk:
- Gimana cara anak-anak yatim dan gak mampu tetap bisa bersekolah?
- Gimana anak-anak bisa dapat akses buku bacaan biar paham?
- Gimana cara agar orang belajar tetap semangat dan antusias?
- Gimana cara orang lain bisa senang dengan kehadiran kita? Bukan malah bingung karena kehadiran kita?
Sekali lagi, buatlah diri kita kelar dengan diri kita sendiri. Setelah itu, kita baru bisa memikirkan dan bertindak buat orang lain? Selagi belum bisa begitu, maka sudah pasti "kita belum kelar dengan diri sendiri".
Mereka yang belum kelar dengan diri sendiri. Sudah barang tentu, hidupnya dalam buaian mimpi dan semakin jauh dari realitas. Seperti orang pacaran bilangnya "sayang" tapi kerjaannya "berantem" melulu. Kalo orang kerja aktivitasnya padat tapi gak ada kontribusinya. Aneh bin ajaib...
Belum kelar dengan dirinya sendiri.
Terbius dalam perasaan nyaman untuk dirinya sendiri tanpa peduli orang lain. Lingkungannya terlihat kuat padahal keropos alias kosong. Sepertinya banyakyang dipikirkan tapi gak ada satupun yang dikerjakan. Mereka gak hidup dalam KENYATAAN tapi hidup dalam HARAPAN. Ibarat "orang mata melotot tapi hampa". Karena belum kelar dengan diri sendiri.
Belum kelar dengan diri sendiri.
Sungguh, bukan soal siapa kamu dan apa kamu? Tapi soal dari mana kamu lalu mau ke mana kamu?
Maka kembalilah... Introspeksilah.
Karena kita tidak lebih baik dari orang yang kita sangkakan. Kita tidak lebih hebat dari orang lain. Karena memang bukan siapa-siapa; dan bukan apa-apa. Agar kita bisa selesai dengan diri kita sendiri.
Tentu kita semua sepakat.
Langkah besar selalu dimulai dari langkah kecil. Pikiran besar dimulai dari pikiran kecil. Tindakan besar bisa terjadi dari tindakan kecil. Maka tidak akan pernah ada "hasil" dari "proses" yang instan. Gak pernga ada "perilaku baik" yang lagir dari "pikiran buruk". Itu pasti ...
Maka kini, bertanyalah pada diri sendiri:. Apakah kita sudah selesai dengan diri sendiri?... Ciamikk
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H