Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Manusia Ambigu

14 September 2017   23:33 Diperbarui: 15 Juli 2020   14:42 3999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

AMBIGU. Dalam bahasa Indonesia artinya "bermakna ganda, taksa". Bisa jadi gak jelas kayak orang bingung. Apa yang dituju beda sama apa yang dijalanin. Apa yang diomong beda sama apa yang dikerjain.

Katanya "anti korupsi" tapi kerjanya "nyari salahnya KPK". Katanya "menghormati proses hukum" tapi giliran dipanggil banyak ngeles-nya. AMBIGU.

Manusia kalo udah ambigu itu susah ditebak. Gak jelas arahnya. Mau kemana, jalannya lewat mana? Bingung gak karuan ...

Sebut saja MANUSIA AMBIGU.

Katanya, ada anak SD lolo dari penculikan di-viralkan. Ehh, gak taunya anak SD itu berbohong di-viralkan lagi. Jadi, yang benar yang mana sih? AMBIGU

Kayak anak muda baru pacaran. Begitu jadian, cerita ke orang-orang bahwa "ini bakal jadi jodoh gue yang dipertemukan untuk masa depan". Ehh, sebulan kemudian, lapor lagi bilang udah putus. Katanya "Gue udah berusaha, tapi emang gak jodoh mau diapain". Anak muda zaman sekarang juga banyak yang AMBIGU.

Katanya "cinta" sama anak. Ehh, nyatanya kalo udah ngomel, anaknya sampe merinding ketakutan. Giliran ditanya, kok begitu sih? Buru-buru dijawab, "Ini cara gue mendidik anak, harus keras".

Katanya lagi "cinta" sama bangsa dan negara. Ehh, nyatanya tiap hari yang dicari-cari kejelekan pemimpinnya terus. Ngeluh melulu soal negara. Gak beres-lah, gak becus-lah. Jadi pengen nanya, emang yang udah beres negara mana sih?

 MANUSIA AMBIGU.

Makin kemari kayaknya makin banyak. Bilangnya "cinta" tapi kerjanya "menyakiti". Bilangnya "sayang" tapi perilakunya "berkeluh-kesah". AMBIGU. Lain di mulut, lain di hati, dan lain pula di perbuatan.

Sekarang ini, MANUSIA AMBIGU juga makin sering nongol di TV.

Bilangnya praktisi, akademisi, politisi. Tapi tiap ngomong "sibuk" nyari salahnya orang, sibuk ngejelek-jelekin orang lain. Mengumbar aib orang lain yang bukan kelompoknya. Publik tambah bingung, makin gaduh. Begitulah manusia ambigu.

MANUSIA AMBIGU itu suatu waktu "menuntut" kenyamanan buat dirinya. Tapi waktu yang lain, dia "merusak" kenyamanan orang lain. Suatu waktu dia minta orang lain untuk "move on". Tapi di waktu yang lain, dia sendiri gak "move on -- move on". Di situ-situ aja masalahnya.

ENTAH, MAU SAMPAI KAPAN? DAN BERAPA LAMA LAGI?

ORANG-ORANG ITU TERTAWA LEPAS DI SIANG HARI. TAPI SELALU MENANGIS DI MALAM HARI. SENENG SAMA YANG RAME DI SIANG HARI, MALAM BERASA SEPI.

Terus, emang kenapa? Gak boleh apa ambigu?

Iya gak apa-apa juga keless. Boleh-boleh saja. Gak masalah. Otak-otak kita, pikiran-pikiran kita. Apa sih yang gak boleh. Semuanya boleh dong ...

Cuma ya harus hati-hati aja. AMBIGU itu gak boleh berkepanjangan, jangan terus-terusan. Takut kebablasan aja. Katanya, di atas langit masih ada langit ...

Dulu lagi baru kerja, pengen punya ini pengen punya itu. Dan terbukti, sekarang udah punya semua; punya kendaraan, punya uang. Ehh, giliran ditanya tentang hidup, jawabnya "tidak bahagia". Kok bisa sih? AMBIGU banget sampe lupa bersyukur.

MANUSIA AMBIGU. Dia yang bilang "ada siang ada malam". "Ada duka ada suka". Ada sedih ada gembir. Ehh, pas giliran lagi kena duka dan sedih, bawaannya ngeluh melulu. Lalu bilang, Tuhan tidak berpihak pada dia. Tapi giliran lagi senang, euforia-nya luar biasa sampe lupa saat lagi sedih.

Eling lan waspada. Jangan sampe AMBIGU melulu.

Agar keadaan hari ini tidak lebih buruk dari yang kemarin. Agar sekitar kita lebih realistis daripada kamuflastis. Kalo memang "hitam' ya bilang "hitam". Tapi kalo "putih" ya bilang "putih". Istiqomah aja, konsisten.

Manusia Ambigu itu mengerikan.

Disuruh bersyukur dan nikmati anugerah ini. Malah bertanya, "Kenapa kita hidup ya kalau pada akhirnya mati. Kenapa kita ada ya padahal kita juga akan binasa?"

Jadi, maunya apa dong ..... AMBIGU. #Ambigu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun