Alhamdulillah, sejak bisnis saya maju. Anggota-nya banyak.
Sekarang ini, saya jadi Ketua Partai Hedonisme Indonesia. Motto partainya, penyembah kesenanangan sesaat. Anggota saya, sekarang ada di mana-mana. Sebagian besar orang-orang kota besar, metropolitan gitu. Dan sekarang sudah mulai merambah ke daerah-daerah dan kampung-kampung. Kami biasa ngumpul di mal-mal, di kafe-kafe. Bahkan dalam kurun waktu tertentu, kami biasa pelesiran ke luar negeri. Kalo mau ketemu saya gampang kok. Saya pasti ada di tempat senang-senang, di tempat-tempat pesta.
Kalo kamu tertarik mau jadi anggota, boleh kok. Gak usah pake formulir, yang penting punya duit aja.
Emang bener ya, kata orang tua dulu. Zaman makin maju makin enak. Makin edan juga gak apa-apa, asal kita tetap bisa senang-senang. Zaman sekarang ini keren. Hidup mewah, gaya hidup konsumtif. BERASA DI SURGA DEH. Apa aja ada di zaman begini. Waktu hidup itu gak lama, mau ngapain lagi kalo gak hura-hura, senang-senang. Lagian, semuanya bebas kok, tanpa batas. Semua kan punya kita, iya udah semau kita aja. Iya gak sih ...
Biarin aja, kalo ada orang lain ngomongin saya. Soal etika kek, moralitas kek. Saya mah cuek aja. Biarin aja, etika dan moralitas itu jadi pajangan di rumah mereka. Gak usah ajak-ajak saya deh kalo soal moralitas. Makanya, saya diberi nama SI Hedon.
Mau tahu gak, kenapa saya bisa begini?
Sederhana banget. Karena di negeri ini, derajat manusia itu hanya diukur dari penampilan fisik dan materi saja. Moral dan batin udah gak laku. Kita boleh kok menghalalkan segala cara. Serba boleh, serba permisif. Asal kita senang, semua oke-oke aja kok. Enak kan ikut gaya hidup saya.
Â
Dulu, kata orang tua saya. Saya diberi nama Hedon. Karena saya orang kota yang diperbudak oleh tubuh untuk kesenangan. Diperbudak oleh pikiran yang kamuflastis. Diperbudak oleh hidup yang glamor.
Tapi jujur, saya paling takut sama satu pertanyaan. Apa kelemahan saya?
Karena saya ini orang yang hidupnya senang-senang. Happy-happy aja. Setelah saya pikir, kelemahan saya itu adalah terlalu mudah jadi manusia yang mudah putus asa, sebenarnya saya ini rapuh. Gak bisa lagi hidup prihatin. Maunya selalu punya da nada. Kalo sampe gak ada, saya pasti cari jalan pintas. Dan kelemahan terbesar saya adalah saya jadi gak peduli pada orang lain.