Karena saat itu, Ibu yang dengan penuh kesabaran hanya bisa mendengarkan suara-suara cinta anak-anaknya yang datang menjenguk di tengah pembaringan sakitnya.
IBU adalah HATI NURANI.
Mengenang Ibu, memang bukan makhluk sempurna. Ibu pun punya salah.
Tapi Ibu terlalu mudah untuk memaafkan kesalahan anak-anaknya. Maka pantas, Ibu pun mudah dimaafkan atas salah dan khilafnya. Apapun alasannya. Berapapun besarnya. Karena dari Ibu, kami belajar “tidak ada salah yang tidak termaafkan”.
Ibu, engkau yang menyusui kami. Engkau pula yang mengajari kami berjalan di saat kaki ini belum kuat. Engkau yang selalu tersenyum saat kami nakal dan berbuat salah. Engkau yang menasihati kami akan kebenaran. Dan engkau pula yang mengorbankan malam untuk menjaga kami seperti siang. Engkau yang memberi kami makan di saat perut lapar. Bahkan saat hati dan jiwa kami tergoncang, engkau pula yang mengobati untuk selalu tegar. Ibu, engkau segalanya bagi kami.
Ibu, sungguh kami belajar darimu. Bahwa doa dan ikhtiar adalah kekuatan hidup manusia. Gelimang harta, tahta, dan mahkota sungguh tak berarti di hadapanmu. Hanya doa dan restumu yang selalu menguatkan kami.
IBU …
Terima kasih atas segala pengorbanan dan perjuanganmu.
Mohon maaf atas segala salah dan khilaf kami.
Selamat istirahat di pembaringan terakhirmu.
Insya Allah, kami akan terus mendoakan dan menjaga amanahmu, IBU.
Hanya surga yang pantas membayar kasih sayang tulusmu. Hanya Allah yang pantas menjagamu. Hingga perhitungan akhirat tiba …