Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tak Ada Air Mata Terakhir Untuk Ibu (In Memoriam Ibu Taty Raenawati)

6 Juni 2017   00:56 Diperbarui: 7 Juni 2017   00:43 11257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena saat itu, Ibu yang dengan penuh kesabaran hanya bisa mendengarkan suara-suara cinta anak-anaknya yang datang menjenguk di tengah pembaringan sakitnya.

IBU adalah HATI NURANI.

Mengenang Ibu, memang bukan makhluk sempurna. Ibu pun punya salah.

Tapi Ibu terlalu mudah untuk memaafkan kesalahan anak-anaknya. Maka pantas, Ibu pun mudah dimaafkan atas salah dan khilafnya. Apapun alasannya. Berapapun besarnya. Karena dari Ibu, kami belajar “tidak ada salah yang tidak termaafkan”.

Ibu, engkau yang menyusui kami. Engkau pula yang mengajari kami berjalan di saat kaki ini belum kuat. Engkau yang selalu tersenyum saat kami nakal dan berbuat salah. Engkau yang menasihati kami akan kebenaran. Dan engkau pula yang mengorbankan malam untuk menjaga kami seperti siang. Engkau yang memberi kami makan di saat perut lapar. Bahkan saat hati dan jiwa kami tergoncang, engkau pula yang mengobati untuk selalu tegar. Ibu, engkau segalanya bagi kami.

Ibu, sungguh kami belajar darimu. Bahwa doa dan ikhtiar adalah kekuatan hidup manusia. Gelimang harta, tahta, dan mahkota sungguh tak berarti di hadapanmu. Hanya doa dan restumu yang selalu menguatkan kami.

IBU …

Terima kasih atas segala pengorbanan dan perjuanganmu.

Mohon maaf atas segala salah dan khilaf kami.

Selamat istirahat di pembaringan terakhirmu.

Insya Allah, kami akan terus mendoakan dan menjaga amanahmu, IBU.


Hanya surga yang pantas membayar kasih sayang tulusmu. Hanya Allah yang pantas menjagamu. Hingga perhitungan akhirat tiba …

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun