Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terima Kasih Anakku, Terima Kasih Istriku (Catatan Ulang Tahun Seorang Ayah)

15 Maret 2017   00:35 Diperbarui: 15 Maret 2017   10:00 7504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terima kasih istriku...

Kamu adalah nakhoda terbaik Abi. Lebih hebat dari mereka yang ada di perahu besi. Canda tawa kita berdua, suka duka kita berdua. Cobaan ujian kita berdua. Semua, sudah kita hadapi bersama, sudah kita lewati bersama. Pahit di masa lalu berbuah manis di masa kini. Abi ikhlas mengayuh perahu ini; karena kamu nakhoda paling keren yang mengarahkan jalannya perahu ini. Maka,  tetaplah menjadi kamu yang Abi kenal dulu. Apapun hingga kapanpun, semuanya akan kita hadapi bersama.

Usia Abi memang boleh menua. Tapi cinta Abi kepadamu tak akan pernah using oleh waktu. Silakan bulan terus meninggi, matahari terus menjulang. Tapi Abi tak akan kehabisan sederet kata untuk terus memujamu. Biarkan usia kita terus bertambah. Tapi cinta kita tak akan pernah punah.

HANYA untuk JANNAH, teruslah mendampingiku untuk meraih KHUSNUL KHOTIMAH.

Terima kasih anak-anakku, Terima kasih istriku.

Bersama kalian, di sisa usia, Abi terus belajar mencintai dengan kuat; belajar menyayangi dengan tegar. Belajar berlari ; mengejar mimpi menggapai hari yang abadi.

Akhirnya…

Tetaplah kita apa adanya. Dan jangan pernah merindukan masa lalu. Karena masa lalu hanya ada di belakang kita. Bersiaplah untuk masa depan. Karean masa depan selalu menjadi cermin kita menuju keharibaan-Nya.

Apapun yang sudah berlalu, ingatlah kita sudah tidak tinggal di sana lagi.

Apapun yang akan datang, ingatlah kita harus siap untuk tetap terjadi.
Karena kita hanya bisa ikhtiar lalu mensyukurinya. Selebihnya biarkan Allah bekerja untuk kita …

Terima kasih anak-anakku, Terima kasih istriku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun