Panggil aku AYAH.
Mungkin tampangku kurang berkenan. Mungkin omonganku terlalu to the point. Mungkin aku terlalu apa adanya. Sebagai AYAH, aku hanya lelaki biasa saja. Tapi aku, AYAH yang seperti senja. Selalu setia menjalani waktu sore tanpa pernah meragukan kuasa-Nya. Karena aku percaya, setiap masalah itu ada untuk mendewasakan dan menguatkan bukan menjatuhkan. Aku tak mau putus asa. Karena itu berarti, aku salah dalam memandang masalah.
Panggil aku AYAH.
Aku pun tak perlu dipanggil “pahlawan keluarga”. Aku hanya ingin tak pernah berhenti berjuang untuk menjadi suami, menjadi ayah yang lebih baik lagi dari hari-hari kemarin. Lelaki yang sangat mencintai ibu. Lelaki yang lebih sering menangis karena mengingat ibu. Lelaki yang menjadikan ibuku adalah segalanya,sumber restu dan kebaikan. Panggil aku AYAH, maka aku bangga dengan sebutan itu.
Panggil aku AYAH. Karena dulu, aku pernah bertanya pada ayahku.
“Ayah, bagaimana aku bisa jadi laki-laki sejati?”
Lalu, ayahkku menjawab: Nak, kamu harus tahu ..…
Laki-lakisejati itu bukan dilihat dari bahunya yang kekar. Tapi dari kasih sayangnya kepada orang-orang di sekitarnya.
Laki-lakisejati itu bukan dilihat dari suaranya yang lantang. Tapi dari kelembutannya mengatakan kebenaran.
Laki-lakisejati itu bukan dilihat dari kerasnya pukulan. Tapi dari sikap bijaknya memahami persoalan.
Laki-lakisejati itu bukan dilihat dari dadanya yang bidang. Tapi dari hati yang ada dibaliknya.