Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gak Semua Hal Tergantung Rasa (Touring DPLK Riders)

4 September 2016   15:38 Diperbarui: 4 September 2016   15:43 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ya, namaya juga RASA. Sifatnya terlalu subjektif, terlalu relatif. Apa saja dalam hidup kalo bergantung pada RASA, semua berubah jadi subjektif, jadi relatif. Di saat yang sama, mereka jadi jauh dari sifat objektif, jauh dari sikap konsisten.

Kita kadang suka lupa sih. RASA itu pilihannya, kalo gak manis ya pahit. Kalo gak senang ya sedih. Makanya, gak semua urusan, gak semua masalah bergantung pada RASA. Kadang, kita perlu memberi ruang yang lebih besar kepada REALITA, berteman dengan kenyataan. Buat orang yang suka mati RASA atau terlalu ber-PERASAAN memang susah untuk bersahabat dengan REALITA. Wajar kalo akhirnya lupa bersyukur, lupa menikmati hidup yang seperti sekarang ini.

Manusia emang kadang aneh. Katanya gak ada manusia yang hidupnya sempurna. Tapi di saat lain, ia menyesali keadaanya. Ia mengeluh dalam hidupnya. Ia tidak mau menerima realitas hidupnya. Sungguh, itu semua terjadi karena RASA, karena PERASAAN.

Gak semua hal tergantung dari RASA.

RASA kamu begitu karena kamu melebih-lebih PERASAAN. RASA terlalu menguasai HATI. RASA terlalu dominan terhadapi PPIKIRAN. Akhirnya, kamu didominasi oleh RASA. Kecewa, sedih, mengeluh, menyesal, isi, dendam dan sifat buruk lainnya itu ada karena RASA.

Gak semua hal tergantung dari RASA.

Seperti  kisah yang sering kita dengar. Kalo kamu punya setangkup garam di tangan lalu kamu masukkan di air segelas, pasti rasanya asin. Tapi kalo setangkup garam itu diletakkan di air danau, pasti rasa asin garam itu tidak terasa.

Sungguh, garam itu sama persis dengan rasa sakit atau masalah yang kamu hadapi. Tidak lebih tidak kurang. Tapi rasa sakit dan masalah yang kamu hadapi, sangat bergantung pada WADAH atau SUASANA yang kamu gunakan. Jadi, kamu harus memperbesar WADAH dalam diri kamu. Agar RASA sakit atau masalah itu tidak menguasai hidup kamu.

Gak semua hal tergantung dari RASA.

Begitu pelajaran yang bisa diperoleh dari Touring DPLK Riders kemarin, 2-3 September 2016 di Gunung Salak Bogor. Sama sekali gak penting kita tahu siapa DPLK Riders itu? Mereka cuma hamba Allah, anak manusia seperti kita juga. Tapi penting untuk kita tahu, bahwa mereka segerombolan karyawan alias orang kerja yang berangkat “montoran” sepulang kerja ke Gunung Salak. Orang sekarang bilang Touring. Tiga jam perjalanan di malam hari, mereka nikmati. Begitu tiba di rumah saya, mereka membakar sendiri makanan yang mau di makannya. Lalu, makan bareng dengan cara “bancakan”, nasi dan lauk ditaruh di atas daun pisang. Semua, 18 orang, berdoa dan makan bersama, duduk bareng menikmati makanan yang ada. Lalu sesudahnya berucap, Alhamdulillah. Sungguh di sini, tidak penting RASA. Tapi yang penting SUASANA dan KEBERSAMAAN itu.

touring-57cbdd31ba9373940448c1df.jpg
touring-57cbdd31ba9373940448c1df.jpg
Makan bancakan, bukan soal RASA. Tapi SUASANA bahkan MAKNA.

Karena bancakan itu tradisi makan bersama sambil duduk di bawah. Dalam filosofi Jawa, tradisi bancakan dilakukan untuk menciptakan keselarasan antara lahir, batin dan alam. Berkumpul bersama dan lesehan, di dalamnya ada doa kebaikan untuk meminta kesehatan dan keselamatan, sekaligus ungkapan rasa syukur atas apa yang ada. Karena doa dan syukur adalah penolak mara bahaya. Itulah MAKNA yang luhur dari bancakan. Sayangnya sekarang, tradisi makan bancakan sudah langka dalam kehidupan sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun