Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puasanya Surti; Life is Unpredictable

21 Juni 2016   22:53 Diperbarui: 21 Juni 2016   23:07 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Surti baru saja meletakkan sajadah. Seusai sholat tarawih. Ia tersenyum sendiri. Seperti ada yang sedang dipikirkannya. Ada yang mengganggu batinnya. Entah kagum atau bagaimana. Life is unpredictable, batin Surti bergumam.

Seketika Tono suaminya melihat senyum simpul istrinya. “Kenapa kamu tersenyum, Bu?” tanyanya.

“Ohh gak Mas. Aku sedang berpikir saja. Tadi sore menjelang buka, pengen banget makan asinan. Ehh gak lama, kebetulan tetangga sebelah malah ngasih asinan. Sama seperti anak kita Farid, dia yang daftar sendiri SMA di Banten dan tinggal di asrama. Kok ya, kebetulan berhasil. Sebentar lagi, dia akan meninggalkan rumah untuk belajar selama 3 tahun” jawab Surti panjang.

“Lho kok, kejadian seperti itu kamu anggap kebetulan, Bu. Sungguh, dalam hidup ini tidak ada yang kebetulan” terang Tono lagi.

“Iya Mas. Tapi kan terkadang dalam hidup kita ada saja yang tidak direncanakan. Malah bisa jadi kenyataan. Itu kan sama saja dengan kebetulan” tegas Surti.

“Terus kalo begitu, bila ada orang sakit yang kita kira tidak bisa disebuhkan lagi tapi malah sembuh. Itu termasuk kebetulan tidak? Atau jika dulu waktu, aku memperoleh pasangan hidup seperti kamu, padahal sebelumnya kita tidak kenal sama sekali juga suatu kebetulan? Gimana menurut kamu, Bu?” tanya Tono kepada Surti.

Surti terdiam sejenak. Agak sulit menjawab pertanyaan suaminya. Mungkin orang yang divonis sakit keras lalu bisa sembuh. Atau pertemuan dengan Tono suaminya dulu juga sebagai kebetulan.

“Bisa jadi Mas, itu semua kebetulan. Karena tidak bisa diduga oleh kita kan…” jawab Surti.

Tono berdiri dari temat duduknya. Ingin menjelaskan kepada istrinya. Tentang kebetulan dalam hidup.

“Inilah yang kita perlu luruskan. Sungguh dalam hidup kita, tidak ada sesuatu yang terjadi karena kebetulan. Semuanya sudah ada dalam rencana Allah, sudah ditakdirkan” jawab Tono.

“Mengapa bisa begitu, Mas. Apakah semuanya ada dalam rencana Allah?” tanya Surti lagi.

“Iya Bu. Semua sudah ada dalam rencana Allah. Terkadang, kita sebagai manusia terlalu toleran dengan kata "kebetulan". Hampir sebagian besar yang terjadi pada hidup kita tanpa direncanakan selalu dianggap "kebetulan". Kita sering lupa ada Allah, sang pemilik rencana hidup kita” ujar Tono.

“Bagi saya, hanya logika dan akal manusia yang bilang terjadi secara "kebetulan". Padahal “kebetulan” itu, hanya bahasa manusia yang tidak sanggup memahami kesengajaan Allah” tambah Tono.

“Jadi, asinan yang tadi sore diantar tetangga. Anak kita yang berhasil masuk sekolah di Banten tanpa biaya itu bukan kebetulan, Mas?” sergah Surti.

“Tepat sekali, tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini. Memang hidup tidak bisa diprediksi, Bu. Tapi kamu akan mendapatkan jawaban yang tepat berkat Allah. Makanan, anak kita akhirnya sekolah Banten. Atau pertemuan kamu dengan saya dulu, semuanya berkat bantuan Allah” jawab Tono lantang.

“Ohhh begiitu ya Mas. Terima kasih atas penjelasannya kalo begitu. Aku mulai paham” angguk Surti.

“Sungguh Bu, tidak ada sama sekali dalam hidup yang yang terjadi secara kebetulan. Semua masuk dalam rencana Allah. Agar kita memahami bahwa Allah itu ada. Kadang, manusia terlampau sering terpisah dari Allah. Akibat urusan duniawi, akibat kepintaran logikanya. Sehingga Allah menjadi kecil di matanya. Lalu apapun yang terjadi dianggap kebetulan. Sungguh, itu semua cara berpikir yang salah” jawab Tono.

Mungkin kita perlu menyadari bersama. Suatu saat …

Ada manusia yang sedang duduk santai dan tiba-tiba terpikirkan untuk berbuat kebaikan kepada orang lain, itu tanda Allah ada di dekat kita.

Ada manusia yang sedang sedih dan kecewa dan tiba-tiba gak ada satu orang pun dapat dijadikan tempat curhat, itu tanda Allah rindu kepadanya dan ia diminta curhat kepada Allah.

Ada manusia yang merasa ingin bertemu teman lamanya dan tiba-tiba temannya itu datang menjumpainya, itu tanda kuasa Allah yang ingin menghiburnya.

“Sungguh, tidak ada yang namanya KEBETULAN dalam hidup kita. Hal sulit bisa jadi mudah. Hal yang tidak kita punya jadi bisa diperoleh. Hal yang tidak mungkin diraih akhirnya bisa tercapai. Itu semua berkat Allah. Dan Allah itu ada bersama kita, dekat kita. Allah yang mengetahui dan mendengar suara batin kita” jelas Tono lagi.

Surti makin terdiam. Tidak dapat berkata-kata lagi. Ia mulai percaya akan rencana Allah. Hidup, sungguh berada dalam genggaman Allah Yang Maha Kuasa. Surti tertunduk pilu. Malu.

“Bu, terkadang manusia diberi cobaan, diberi musibah. Merasa kosong dan hambar dalam hidup. Hidup terasa sulit, tidak menyenangkan. Sungguh itu semua terjadi karena Allah. Agar kita mau menyadari keberadaan Allah. Dan Allah ingin mendengar rintihan dan doa kita. Karena Allah tahu karena kita sudah mulai melupakan-Nya. Demi kesenangan dunia. Maka dalam hidup manusia, sering kali Allah memperagakan kasih dan kuasa-Nya di saat manusia merasa dirinya tak mampu lagi” jelas Tono.

“Sungguh Mas, kini aku mulai tersadar. Tidak ada yang kebetulan dalam hidup manusia. Semuanya terjadi dalam rencana dan kuasa Allah” tukas Surti pelan.

“Begitulah Bu, sebenarnya hidup kita. Hanya diminta untuk bergantung kepada Allah, bukan yang lain. Ikhlas berserah diri kepada Allah. Ikhtiar sesuai kemampuan kita. Selebihnya Allah pasti bekerja untuk kita, pasti menolong hamba-Nya” tutur Tono mantap.

“Sungguh Bu, pertemuan kita dulu. Obrolan kita malam ini di bulan puasa pun terjadi karena Allah. Sekali lagi Bu, tidak ada yang kebetulan dalam hidup” tambah Tono lagi.

“Lalu, apa yang harus aku lakukan Mas?” tanya Surti.

“Tidak ada yang lain Bu. Selain kita membesarkan asma Allah. Kapanpun dan dimanapun. Setiap kita diminta kembali kepada Allah saat berjalan terlalu jauh. Bulan puasa ini, sangat baik baik kita untuk merenungkan diri. Mengambil waktu sepi untuk merasakan kehadiran Allah, mendengarkan suara Allah. Maka Allah akan menghampiri dan berkata “Tenanglah dan tak usah khawatir dalam hidup. AKU ada di sini bersamamu” terang Tono.

Lagi-lagi, Surti tak mampu bicara. Ia terdiam dan terkesima. Betapa besar Allah buat hidup manusia. Karena Allah selalu ada dan dekat bersama hamba-Nya. Life is unpredictable, but you can get a predictable answer from God, dalam batin Surti… #PuasanyaSurti

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun