Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Save More Tomorrow; Kampanye #SadarAkanUang

22 Mei 2016   22:31 Diperbarui: 31 Oktober 2016   20:35 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selamat Hari Menabung Nasional, 31 Oktober.  Hari ini ada pasti untuk esok. 

Berinteraksi dengan bank, sungguh tidak bisa dipisahkan dengan uang. Ingat bank, maka ingat uang. Itulah persepsi mutlak yang dimiliki publik tentang bank. Sebagai lembaga intermediasi, bank urusannya hanya uang. Mulai dari menghimpun uang, menyalurkan uang, menginvestasikan uang, dan melayani lalu-lintas uang. Berhubungan dengan bank, maka berkonotasi dengan uang.

Dari dulu hingga sekarang, uang menjadi subjek sekaligus objek yang dikelola bank. Dari bank masih tradisional di zaman dulu hingga bank modern seperti sekarang pun belum berubah. Uang sama dengan Bank, begitu persepsi yang melekat di benak publik.

Lantas, apakah publik percaya bahwa bank adalah satu-satunya tempat menyimpan uang?

Belum seperti itu. Karena berdasarkan Hasil Survei Nasional Literasi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Tahun 2013, pada sektor perbankan menunjukkan tingkat pemahaman dan keyakinan masyarakat akan perbankan hanya 22%, sedangkan tingkat utilitas dan pemanfaatan bank baru 57%. Memang, angka tersebut tergolong paling tinggi jika dibandingkan sektor asuransi, pegadaian, pembiayaan, dana pensiun, maupun pasar modal.

Namun sebagai benchmark industri keuangan di Indonesia, tingkat literasi keuangan sektor perbankan itu tergolong rendah, baik dari aspek pemahaman maupun utilitas. Ternyata, masih banyak masyarakat yang belum memahami dan belum menggunakan bank sesuai dengan fungsinya sebagai lembaga intermediasi keuangan.

Maka apa yang telah dikerjakan industri perbankan saat ini dapat dikatakan belum memenuhi tujuan mulia keberadaan bank untukmeningkatkan taraf hidup masyarakat.

Mengacu pada kondisi di atas, industri perbankan dituntut untuk lebih memainkan peran penting dalam meningkatkan angka literasi keuangan perbankan, di samping melakukan berbagai program untuk mengubah “mind set” masyarakat tentang uang, cara pandang masyarakat tentang uang.

Harapan sekaligus program yang dapat dijalankan industri perbankan adalah mencanangkan Gerakan Save More Tomorrow; Kampanye #SadarAkanUang.

Save More Tomorrow; Kampanye #SadarAkanUang.

Suatu gerakan untuk mengedukasi masyarakat akan pentingnya “menabung” untuk masa depan dan menyadari filosofi memperlakukan uang yang benar. Karena saat ini, uang dianggap pemuas nafsu pemiliknya. Uang dianggap alat untuk melampiaskan perilaku konsumtif, di samping melanggengkan gaya hidup yang berlebihan. Hingga tercermin melalui makin maraknya perilaku masyarakat “ber-uang” yang boros, terlalu konsumtif, dan mementingkan gaya hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun