Mentalitas korban. Gak banget deh.
Gaji gak cukup yang disalahin perusahaan. Ekonomi terganggu yang disalahin pemerintah. Impian gak tercapai yang disalahin Tuhan. Niat gak kesampean yang disalahin orang lain. Pikirannya yang negatif yang disalahin orang lain juga. Busyettt dah, kasihan banget orang yang mentalitasnya jadi “korban”.
Gak bisa nulis yang disalahin orang tua. Karena bukan turunan penulis. Atau yang salah bakat atau yang salah minat. Kalo gak bisa nulis ya latihan atau belajar nulis aja keless.
Banyak orang suka lupa. Bahwa semua orang itu punya kesempatan untuk bisa dan berhasil yang sama. Hanya saja, sedikit orang yang mau memperjuangkannya. Begitu juga dalam menulis, sedikit saja orang yang mau belajar nulis.
Mentalitas korban itu musuh menulis.
Merasa gak punya waktu. Merasa sibuk. Merasa gak bisa jadinya gak mau nulis. Mentalitas korban merasa tergilas, tertekan oleh keadaan atau oleh orang lain. Jadi gak ada yang bisa dilakonin, gak bisa berbuat apa-apa. Terus kalo udah gitu mau ngapain?
Asal tahu saja ya. Siapapun. Gak ada orang yang suka jadi korban. Soal apapun, untuk urusan apapun. Lalu, kenapa merasa jadi korban? Sungguh, singkirkanlah mentalitas korban. Gak usah mengasihani diri. Atau bertindak seakan-akan jadi korban. Karena itu, gak akan menyelesaikan masalah.
Kalo gak bisa nulis, mulailah berlatih. Muailah sediakan waktu yang rutin untuk bisa menulis. Tuliskan saja apa yang kita pikirkan, tuliskan saja yang kita alami, tuliskan saja yang kita rasakan. Kalo kita hari ini gak bisa nulis, mulailah untuk menulis. Gak usah banyak ngomong, gak usah banyak baper. Hadapi saja keadaan yang ada pada diri kita dan bergeraklah untuk melakukan yang lebih baik dari kemarin. Termasuk dalam urusan untuk menulis.
Untuk menghilangkan mentalitas korban sederhana saja. Bangkitkan dan pelihara terus semangat untuk melakukan kebaikan, termasuk untuk menulis karena semua itu tidak akan sia-sia.
Jadi gimana cara biar gue bisa nulis?
Sekali lagi sederhana saja. Tulis saja apa yang kita pikirkan. Tulis saja apa yang kita alami. Tulis saja apa yang kita rasakan. Itu lebih baik daripada tidak dituliskan. Gak usah menulis pengen seperti orang lain. Tulis saja seperti yang kita mau, tulis saja apa yang ingin kita tuliskan. Gak usah merasa gak bisa nulis berkepanjangan, gak usah merasa gak punya bakat. Gak usah merasa tulisan kita jelek. Itu semua karena kita merasa menjadi “korban”. Gak banget deh …
Jadi, singkirkan saja mentalitas korban. Karena itu hambatan dalam menulis. Karena kita gak akan bisa mengubah kondisi kita yang gak bisa nulis kalo bukan kita sendiri yang berusaha untuk bisa menulis.
Kalo sekarang kita hanya mengagumi orang yang bisa menulis. Maka kita gak akan pernah bisa menjadi penulis. Maka sekali lagi, singkirkanlah mentalitas korban dalam diri kita. Soal apapun, untuk urusan apapun. Karena selalu ada yang bisa kita lakukan, selalu ada yang bisa kita perbuat. Termasuk dalam hal menulis.