Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Panggil Aku Kartono; Lelaki yang Mengusung Senja

21 April 2016   22:24 Diperbarui: 22 April 2016   04:19 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Panggil aku Kartono. Aku hanya seorang lelaki yang mengusung senja.

Sungguh, aku tak ada hubungan dengan Kartini sang pahlawan emansipasi.

Sekarang usiaku 46 tahun. Lelaki yang tak pernah berhenti berjuang untuk menjadi suami, menjadi ayah yang lebih baik lagi dari hari-hari kemarin. Lelaki yang sangat mencintai ibu. Lelaki yang lebih sering menangis karena mengingat ibu. Lelaki yang menjadikan ibuku adalah segalanya, sumber restu dan kebaikan. Panggil aku Kartono, aku bangga nama ini disematkan oleh ibuku.

Panggil aku Kartono. Karena dulu, aku pernah bertanya pada ibuku.

“Bu, bagaimana aku bisa jadi laki-laki sejati?”

Lalu, ibuku menjawab: Nak, kamu harus tahu ..…

Laki-laki sejati itu bukan dilihat dari bahunya yang kekar. Tapi dari kasih sayangnya kepada orang-orang di sekitarnya.

Laki-laki sejati itu bukan dilihat dari suaranya yang lantang. Tapi dari kelembutannya mengatakan kebenaran.

Laki-laki sejati iitu bukan dilihat dari kerasnya pukulan. Tapi dari sikap bijaknya memahamipersoalan.

Laki-laki sejati itu bukan dilihat dari dadanya yang bidang. Tapi dari hati yang ada di baliknya.

Laki-laki sejati itu bukan dilihat dari jumlah barbel yang diangkatnya. Tapi dari tabahnya ia menghadapi pahit getir kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun