Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor LSP Dana Pensiun Lisensi BNSP - Edukator Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Masih Suka Duduk Bersila Gak ?

23 Juli 2015   18:02 Diperbarui: 23 Juli 2015   18:02 1373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Duduk bersila. Coba kamu tarik nafas yang dalam. Lalu pejamkan mata …. Tanyakan pada dirimu sendiri:
Mengapa kita sibuk mencari ketenangan pada orang lain? Untuk apa mencari kedamaian di rumah orang lain? Sementara kita, tidak sungguh-sungguh memperlakukan jiwa dan raga kita. Kita punya warisan yang hebat, berupa jiwa dan raga kita sendiri. Sayang, kita sering merasa asing dan main-main saja. Pada jiwa, pada raga kita sendiri.

 

Ambillah wudhu, tegakkan sholat dengan sungguh-sungguh. Kenali Tuhanmu. IInsya Allah, kita akan temukan ketenangan dan kedamaian yang sebenarnya. Seperti yang kamu mau …

 

Manusia, kita ini, terlalu mudah merasa gundah. Galau, stress gak karuan. Apa sebabnya sih? Terlallu mmudah putus asa atas apa yang tidak mampu dicapainya. Terlalu mengeclkan ikhtiiar dan doa. Terlalu ingin dengan hasil yang instan. Sementara proses dianggap hal sepele. Kalau saja kiita tahu, justri diri kita sendiri yang sering menjad pangkal kerisauan. Merasa sudah usaha, sudah macam-macam, sudah ini sudah itu. Sayang kita lupa, keputusan tidak berada di tangan manusia.

Kata Orang Jawa, “Manunggaling Kawula Lan Gusti”. Itu artinya, kita hanya wajib mencapai harmoni pada jiwa dan raga kita, selebihnya serahkan saja kepada Gusti Allah.

 

Terus, apa hubungannya dengan DUDUK BERSILA?
Sabar dulu. Nanti dijelaskan kok.

 

Ayukk, kita sadari bahwa setiap manusia pasti punya EGO. Dan EGO itu, ada yang dapat dikendalikan. Ada juga EGO yang tidak dapat dikendalikan. EGO manusia itu cenderung menguasai sifat, nafsu, dan emosi. EGO itu sifatnya panas. Mudah berubah menjadi amarah, benci, meremehkan orang. Bahkan EGO sering menjadi sumber fitnah.

 

Hebatnya lagi, EGO tidak mengenal kasta sosial. Mau kaya atau miskin, pandai atau bodoh, kuat dan lemah, semuanya punya EGO. EGO manusia sering dicirikan dengan membenarkan kata hati dan pikirannya. Karena itu, kita tidak boleh membiarkan EGO pribadi menguasai diri kita. Apalagi ego untuk menguasai orang lain. Jadi, EGO menjadi penting untuk dikendalikan.

 

Lalu, bagaimana kita bisa mengendalikan EGO?
Terus terang saja. Sadar atau tidak sadar, kita sendiri yang sering memaksa EGO menjadi dominan. Mulai dari kerja mencari uang, ekonomi yang mapan, pangkat dan jabatan yang tinggi, emosi yang stress, bahkan jalanan yang macet. Kita dipaksa “menguak” ego kita, setiap hari. Akhirnya kita makin individualis, materialis, dan kadang sering pesimis. Itu semua wujud akhir dari EGO manusia.

 

Artinya apa?
Ya wajar, hidup kita yang penuh persaingan akhirnya sering mengabaikan etika, adab, dan sebagainya. Ego jadi dominan. Itulah yang HARUS DILAWAN, mempersempit ruang gerak EGO kita sendiri.

 

Nah, salah satu cara untuk mengendalikan EGO itu bisa dilakukan dengan DUDUK BERSILA.
Ya, duduk bersila. Kita dapat menghidupkan tradisi duduk BERSILA, cara duduk yang bersilang kaki, kaki kanan di atas betis kiri atau sebaliknya. Intinya BERSILA sama dengan duduk di bawah. Filosofinya sederhana, BERSILA atau DUDUK DI BAWAH menjadikan setiap manusia dalam keadaan SETARA. Tidak ada orang yang lebih tinggi atau rendah saat kita duduk BERSILA. Dengan BERSILA juga, kita dan satu sama lainnya menjadi tidak ada jarak, menjadi lebih dekat. Dengan duduk bersila, setiap orang mudah berbicara apa saja, tidak ada yang mengganjal, bahkan lebih santai.

 

Duduk BERSILA, katanya diajarkan oleh nenek moyang kita. Tapi coba saja kita DUDUK BERSILA dulu. Rasakan aura yang beda dari Duduk Bersila. Apalagi bagi kita yang sering duduk di kursi empuk. Kursi goyang. Atau kursi yang bisa buat selonjooran kaki. Entahlah, zaman sekarang, kursi saja macam-macam jenisnya. Ppadahal tujuannya Cuma satu, memuaskan EGO kita. Huhhh …

 

Coba renungkan saja; kapan terakhir kita duduk BERSILA? Saat kapan ?
Mulailah sekarang, hidupkan tradisi DUDUK BERSILA. Di rumah, di kantor, di mana saja. Lebih baik duduk bersila daripada pakai kursi. Murah meriah kokk. Hidupkan TRADISI duduk BERSILA sebagai latihan untuk mengurangi EGO, mengendalikan nafsu kita. Sederhana saja, kalau hari ini banyak orang yang membesarkan EGO. Banyak orang yang bernafsu untuk meraih sesuatu.

 

Banyak orang yang emosional, berpikir negatif, berkeluh kesah atau tidak senang pada orang lain atas alasan apapun. Itu semua terjadi, karena kita JARANG atau KURANG dalam DUDUK BERSILA. Padahal, DUDUK BERSIAL itu, di dalamnya ada kepedulian, ada toleransi, ada sopan-santun, ada adab, ada akhlak, ada moral, dan ada kebaikan.

 

Ahhh, enggak gitu-gitu amat kali. Sampe entng banget DUDUK BERSILA?
Ya tidak apa-apa. Kita ini manusia. Pengennya nyaman, aman, dan harmoni. Lha, kalo itu yang kita mau, DUDUK BERSILA bisa jadi sarana. Duduk Bersila itu memang TRADISI BAIK yang LANGKA. Sekali lagi, tradisi DUDUK BERSILA setidaknya bisa menjauhkan kita dari sifat-sifat buruk, seperti: 1) sombong dan angkuh, 2) bakhil dan kedekut, 3) takabur, 4) khianat, 5) tidak suka menerima ilmu dan nasihat, 6) hasad atau benci/fitnah, 7) suka meremehkan orang, 8) ujub atau bangga diri, dan 9) buruk sangka.

 

Ya asal kita tahu saja, 90-99% hidup manusia itu dikuasai oleh EGO. Jadi, kita butuh banyak cara untuk mengendalikan EGO, mempersempit ruang gerak EGO. Dan DUDUK BERSILA, jika dilakukan dengan sungguh-sungguh dan sering, insya Allah akan terasa manfaatnnya. Lebih banyak baiknya daripada buruknya. Lagipula, setiap ikhtiar untuk kebaikan itu pasti bernilai.

Lalu, mengapa tidak kita biasakan DUDUK BERSILA. Gak bayar, gak malu, dan gak ngerepotin juga …. Duduk BERSILA itu mnyehatkkan dan membuat jiwa raga kita lebih berkualitas …. Insya Allah. Apalagi DUDUK BERSILA dikaitkan dengan ajaran Agama, woww luar biasa. Mari KITA DUDUK BERSILA …. #SalamDUDUKBERSILA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun