Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Arti KEMENANGAN

10 Juli 2014   02:43 Diperbarui: 10 Juli 2016   22:54 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiba-tiba angin malam berhembus kencang. Menyingkap rambut Surti. Ia sedikit memejamkan mata. Berpikir lagi tentang arti kemenangan. batinnya masih bergolak. Tentang apa itu kemenangan bagi manusia? Setelah 30 hari berpuasa, setelah menggenggam Idul Fitri.

Andai saja kita tahu, sebenarnya Semua kemenangan berasal dari keberanian memulai. Memulai untuk memaafkan, memulai untuk menjadi lebih baik dari kemarin. Memulai untuk berubah, membuang jauh yang jelek lalu memperbanyak yang baik dalam hidup. Itu saja, pikir Surti lagi.

Apakah rumput harus menolak dimakan oleh rusa, yang kemudian menjadi mangsa singa?

Sekali lagi, kemenangan hanya terjadi ketika setiap insan berhasil mengalahkan dirinya sendiri. Insan yang mau berubah menjadi manusia baru, yang lebih baik dari sebelumnya. Bahkan mampu mengubah “kemenangan pribadi” selama berpuasa menjadi “kemenangan publik” yang bersifat sosial. Maka sungguh, setiap Kemenangan pada diri siapapun semestinya dilandasi oleh rasa cinta dan empati kepada orang lain. Bukan rasa iri, dendam atau pikiran negatif yang bersemayam dalam diri.

Bulan puasa juga Idul Fitri, bagi Surti, inilah momentum untuk “mereposisi” arti sebuah kemenangan. Puasa mengajarkan kita untuk meraih “kemenangan” dalam mengembalikan keseimbangan hidup kita, seperti kita dilahirkan ke dunia ini. Menang karena kita kembali ke fitrah, berani menjada keseimbangan dunia-akhirat. Menang untuk tetap istiqomah berada di jalan Allah, menjadi hamba terbaik Allah SWT. 

Malam pun semakin larut. Surti termangu sendiri, bersama malam. Sambil batinnya bertutur, "sungguh, siapapun kita tidak akan pernah menang jika kita tidak pernah mau memulai untuk lebih baik".... Wallahu a’lam bisshowab. #ArtiKemenanganSurti

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun