Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puasanya Surti: Menjemput Hidayah

22 Juli 2014   04:50 Diperbarui: 19 Juni 2016   19:15 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dan satu lagi Bu. Pintu HIDAYAH Allah itu selalu terbuka untuk siapa saja. Tidak kenal pangkat atau jabatan. Hanya sayang, banyak dari kita hanya terpaku pada satu pintu yang tertutup. Kita terlalu lama berdiam pada pesimisme, terlalu meratapi keadaan sendiri. Sehingga tidak mampu melihat pintu lain yang dibukakan Allah untuk kita" tambah Tono lagi.

Kini Surti hanya bisa diam. Dia terpukau pada penjelasan suaminya. Surti mulai memahami arti sebuah hidayah. Selalu ada kesempatan untuk menggapainya. Tinggal aku mau atau tidak mengubah diri setelah puasa ini untuk meraih hidayah, kata batinnya.

“Ada miliaran cara Allah SWT memberi hidayah bagi hamba-Nya. Tinggal manusia, mau atau tidak menjemput hidayah-Nya. Sungguh, tidak ada manusia yang ingin selalu berbuat maksiat, berbuat dosa. Pasti ada saatnya untuk berbuat baik. Asalkan ada kemauan untuk berubah, itulah saat kita menjemput hidayah-Nya,” pikir Surti.

Tanpa terasa waktu sholat Isya tiba. Surti harus bersiap diri. Menjemput hidayah Allah. Surti pun mengakhiri obrolan dengan suaminya sambil berdoa dalam hati, " Ya Allah, sinarilah hati kami dengan cahaya hidayah-Mu sebagaimana engkau karuniakan cahaya kepada matahari dan bulan. Dan janganlah engkau sesekali membolak-balikkan hati kami setelah engkau masukkan cahaya di dalamnya. Amin". 

Surti membasuh mukanya, bersyukur. Optimis meraih hidayah-Nya ... Insya Allah.  #PuasanyaSurti

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun