Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pak Ustadz, Maaf Nanti Aja ya Sedekahnya

1 Februari 2015   23:56 Diperbarui: 17 Desember 2015   21:25 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalamualaikum.

Pak Ustadz, mohon maaf sebelumnya. Saya datang ke sini mau minta bantu didoain agar hajat saya dikabulkan Allah SWT, ujar Si Fulan, seorang tetangga kita. Begitu niat baik Si Fulan semalam saat hadir bersama di pengajian sebuah Musholla.

 

Pak Ustadz pun bertanya balik, memang antum punya hajat apa?

Begini Pak Ustadz, saya sedang mau jualin tanah saudara. Lumayan, 10 hektar di Sukabumi. Dan sudah ketemu calon pembelinya. Kayaknya calon pembelinya sih tertarik. “Tolong doakan saya Pak Ustadz, insya Allah kalo gol, saya rencana akan bersedekah ke Musholla ini, insya Allah” tambah Si Fulan memohon.

 

Ohhh begitu. Pak Ustadz, mikir sejenak. “Antum bisa baca Surat Al Fatihah kan? Coba bacakan” pinta Pak Ustadz.

[caption id="attachment_394362" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber: Pribadi - Sedekah"][/caption]

Si Fulan terkaget. Agak bingung. Walau gak terlalu fasih, dia membacakannya.

“Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahi rabbil alamiin. Ar rahmaanir rahiim. Maliki yaumiddiin. Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin ....”

 

Pak Ustadz pun berkata, “Sudah-sudah cukup, berhenti sampai di situ”.

Nah, ayat yang terakhir itu, antum ngerti gak artinya? tanya Pak Ustadz.

 

Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin, Pak Ustadz?” tanya Si Fulan.

“Iya, yang itu” jawab Pak Ustadz.

“Kalo tidak salah, Hanya kepada-Mu ya Allah, kami menyembah dan hanya kepada-Mu ya Allah, kami mohon pertolongan” tutur Si Fulan.

 

Pak Ustadz mulai berceramah.

“Alhamdulilah, antum telah membacakan dengan arti yang benar. Tapi tadi antum bilang kalau jual tanahnya gol AKAN SEDEKAH ke Musholla ini. Menurut saya itu mah “iyyaka nasta’iin wa iyyaka na’budu”. Kalau Al-Fatihah antum gak terbalik, harusnya antum SEDEKAH dulu ke Musholla ini, insya Allah pasti jual tanahnya pasti gol” sindir Pak Ustadz.

Si Fulan pun tertegun. Mungkin hal ini yang banyak orang lakukan. Sedekah sebatas niat dan nanti saja, jika mimpi atau tujuan sudah tercapai. Gak banyak di antara kita yang berpikir SEDEKAH dulu agar mimpi atau tujuan tercapai. Ya begitulah adanya.

 

Cuku di situ aja ya, cerita Si Fulan sama Pak Ustadz. Gak usah dilanjutin. Silakan diambil aja hikmahnya. Apakah kita termasuk orang yang seperti Si Fulan. Minta doa dulu, agar hajat dikabulkan, lalu AKAN SEDEKAH. Tapi sedikit, yang SEDEKAH dulu, baru minta doa biar hajat dikabulkan.

 

Lalu suatu kali, kita bilang rezeki kita lagi seret. Merasa sudah banting-tulang atau mati-matian kerja, tapi tetap gaji gak cukup. Punya gaji dibilang 10 pas, alias tiap tanggal 10 pas abis. Setelah itu, apa yang terjadi?

Kata Financial Planner, orang yang begitu gagal mengelola keuangan pribadi. Lebih besar pasak daripada tiang. Tapi kalo kata Pak Ustadz, orang yang begitu karena enggan bersedekah, enggan menyisihkan sebagian rezeki untuk mereka yang membutuhkan. Kurang sedekah doang.

 

Akhirnya, Allah yang disalahkan. Kita pikir Allah telah "menahan" rezeki kita. Allah dibilang gak adil. Orang lain diberi rezeki, sedangkan rezeki kita ditahan. Begitulah kebanyakan dari kita.

 

Tapi kok bisa ya rezekinya tidak lancar? Kok bisa rezeki kita tersumbat?

Jawabnya sederhana, mungkin kurang sedekah. Sedekah memang simpel tapi gak banyak yang bisa lakukan. Sedekah sungguh gak susah. Hanya kita belum terbiasa, beum terlatih. Atau kurang paham makna dan manfaat sedekah yang sesungguhnya. Gak serius terhadap sedekah. Dianggap angin lalu atau sesempatnya kiita saja. 

Sedekah kan bisa dimulai dari yang kecil-kecil. Tapi memang harus dilatih, lalu dibiasakan. Insya Allah bakal jadi berkah untuk orang-orang yang suka sedekah. Percaya atau gak? Iya gak susah percaya, karena percaya cukup kepada Allah SWT.

 

Sungguh sedekah hanya butuh kemauan. Dan jangan ditunda-tunda. Apalagi bilang nanti saja. Pak Ustadz, nanti ya sedekahnya.  Sedekah, sungguh perlu direalisasikan.Karena sedekah adalah bahasa yang bisa didengar orang tuli dan bisa dipahami orang bodoh.

Sungguh, tidak ada setetes pun air yang masuk ke mulut kita kecuali atas izin Allah. Begitu pula sedekah.

 

Sekali lagi, sedekah itu bukan nanti. Atau akan sedekah jika ini, jika itu. Sedekah dianjuran di saat sempit, apalagi di saat lapang rezekinya. Karena sedekah tidak hanya pelipat ganda rezeki, tapi juga penolak bala dan penyubur kebaikan. Sedekahlah biar gak sempit, agar rezeki gak mampet.

 

Gak saatnya lagi menunda sedekah. Bersedekahlah selagi sehat, selagi bisa. Sebelum ajal menjemput kita.

 

Lha, sedekah urusan masing-masing. Gak usah sedekah harus diketahui orang?

Betul sekali, alhamdulillah kalo begitu. Sedekah, memang yang penting dikerjakan, dilakonin. Itu sudah cukup dan insya Allah berkah. Tapi kalo banyak orang yang berkeluh susah gajnya gak cukup, hidup terasa sulit. Resep yang paling sederhana adalah perbanyak sedekah.

 

Mari kita saling mengingatkan pentingnya sedekah. Semampu dan sebisa kita untuk kebaikan. Sedekah itu bukan “nanti kalo berhasil” atau “akan sedekah jika hajat tercapai”. Tapi sedekah sekarang agar berhasil, sedekah agar hajat tercapai. Itu saja cukup, mudah kan ... Karena:

1. Sedekah itu mendekatkan rezeki pada berkah, tanda kita tak perlu kuat menggenggam harta.
2. Sedekah yang rutin menjadi sebab keajaiban kita, hingga akal sehat pun tak mampu menangkap sebab-akibat darinya.
3. Sedekah yang kurang, maka rezeki tak akan membaik.
4. Sedekah itu investasi paling menguntungkan, paling mudah dan sederhana untuk dilakukan.

 

Sahabat, investasi sehebat apapun di dunia; mulai dari saham, emas, reksa dana, bahkan properti tetap gak akan mampu ngasih return atau keuntungan lebih dari 100% dalam waktu singkat. Betul gak?

Tapi dengan sedekah, kita bisa dapat return lebih dari 500% atau 1000%. Hanya saja, dibayarnya nanti di akhirat, kalo kita sudah meninggal dunia. Lumayan buat tabungan akhrat kan .... Dan sedekah yang baik, tentu bukan besar atau kecilnya. Tapi konsistensinya, rutinitasnya agar tetap terjaga silaturahmi dengan mereka yang menerima sedekah kita. Bukan sedekah yang "hit and run" apalagi sedekah cuma jadi bahan diskusi atau wacana kebaikan semata.

 

Jadi tunggu apa lagi? Mumpung masih punya umur nih. Yukk sedekah.

Jangan “berhasil dulu baru sedekah”, tapi “sedekah dulu biar berhasil’. Karena kesuksesan tak diukur dari seberapa besar uang yang masuk, tapi justru seberapa besar uang yang keluar untuk sedekah. Salam sedekah ....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun