Assalamualaikum.
Pak Ustadz, mohon maaf sebelumnya. Saya datang ke sini mau minta bantu didoain agar hajat saya dikabulkan Allah SWT, ujar Si Fulan, seorang tetangga kita. Begitu niat baik Si Fulan semalam saat hadir bersama di pengajian sebuah Musholla.
Pak Ustadz pun bertanya balik, memang antum punya hajat apa?
Begini Pak Ustadz, saya sedang mau jualin tanah saudara. Lumayan, 10 hektar di Sukabumi. Dan sudah ketemu calon pembelinya. Kayaknya calon pembelinya sih tertarik. “Tolong doakan saya Pak Ustadz, insya Allah kalo gol, saya rencana akan bersedekah ke Musholla ini, insya Allah” tambah Si Fulan memohon.
Ohhh begitu. Pak Ustadz, mikir sejenak. “Antum bisa baca Surat Al Fatihah kan? Coba bacakan” pinta Pak Ustadz.
[caption id="attachment_394362" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber: Pribadi - Sedekah"][/caption]
Si Fulan terkaget. Agak bingung. Walau gak terlalu fasih, dia membacakannya.
“Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahi rabbil alamiin. Ar rahmaanir rahiim. Maliki yaumiddiin. Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin ....”
Pak Ustadz pun berkata, “Sudah-sudah cukup, berhenti sampai di situ”.
Nah, ayat yang terakhir itu, antum ngerti gak artinya? tanya Pak Ustadz.
“Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin, Pak Ustadz?” tanya Si Fulan.
“Iya, yang itu” jawab Pak Ustadz.
“Kalo tidak salah, Hanya kepada-Mu ya Allah, kami menyembah dan hanya kepada-Mu ya Allah, kami mohon pertolongan” tutur Si Fulan.
Pak Ustadz mulai berceramah.
“Alhamdulilah, antum telah membacakan dengan arti yang benar. Tapi tadi antum bilang kalau jual tanahnya gol AKAN SEDEKAH ke Musholla ini. Menurut saya itu mah “iyyaka nasta’iin wa iyyaka na’budu”. Kalau Al-Fatihah antum gak terbalik, harusnya antum SEDEKAH dulu ke Musholla ini, insya Allah pasti jual tanahnya pasti gol” sindir Pak Ustadz.
Si Fulan pun tertegun. Mungkin hal ini yang banyak orang lakukan. Sedekah sebatas niat dan nanti saja, jika mimpi atau tujuan sudah tercapai. Gak banyak di antara kita yang berpikir SEDEKAH dulu agar mimpi atau tujuan tercapai. Ya begitulah adanya.
Cuku di situ aja ya, cerita Si Fulan sama Pak Ustadz. Gak usah dilanjutin. Silakan diambil aja hikmahnya. Apakah kita termasuk orang yang seperti Si Fulan. Minta doa dulu, agar hajat dikabulkan, lalu AKAN SEDEKAH. Tapi sedikit, yang SEDEKAH dulu, baru minta doa biar hajat dikabulkan.
Lalu suatu kali, kita bilang rezeki kita lagi seret. Merasa sudah banting-tulang atau mati-matian kerja, tapi tetap gaji gak cukup. Punya gaji dibilang 10 pas, alias tiap tanggal 10 pas abis. Setelah itu, apa yang terjadi?
Kata Financial Planner, orang yang begitu gagal mengelola keuangan pribadi. Lebih besar pasak daripada tiang. Tapi kalo kata Pak Ustadz, orang yang begitu karena enggan bersedekah, enggan menyisihkan sebagian rezeki untuk mereka yang membutuhkan. Kurang sedekah doang.
Akhirnya, Allah yang disalahkan. Kita pikir Allah telah "menahan" rezeki kita. Allah dibilang gak adil. Orang lain diberi rezeki, sedangkan rezeki kita ditahan. Begitulah kebanyakan dari kita.
Tapi kok bisa ya rezekinya tidak lancar? Kok bisa rezeki kita tersumbat?
Jawabnya sederhana, mungkin kurang sedekah. Sedekah memang simpel tapi gak banyak yang bisa lakukan. Sedekah sungguh gak susah. Hanya kita belum terbiasa, beum terlatih. Atau kurang paham makna dan manfaat sedekah yang sesungguhnya. Gak serius terhadap sedekah. Dianggap angin lalu atau sesempatnya kiita saja.