Wapres terpilih yang baru, Kyai makruf Amin, berlatar belakang seorang kyai sudah pasti sangat familiar dengan umat. Apalagi ajaran yang kerap beliau kumandangkan untuk selalu karib dengan umat, dan tak boleh mengambil jarak sepeser pun meski sedang mengemban amanah kebangsaan.
Ini dilematis memang. Satu sisi ada keinginan dari para pejabat untuk selalu dekat dengan rakyatnya. Namun di sisi lain ada resiko kaum fundamentalis menyerbu dengan berpura-pura sebagai rakyat awam. Solusinya bukan lantas menjauh dari ummat, melainkan ada langkah praktis bagaimana kaum fundamentalis itu berhasil dieliminasi.
Langkah sementara dengan memperketat pengawalan bagi para pejabat itu sebuah pilihan. Namun langkah ideal dengan melakukan advokasi dan pembinaan bagi semua warga negara itu sebuah kewajiban bagi pemerintah. Misalnya jika selama nilai-nilai agama hanya ditanamkan dengan pendekatan fungsional dan substansial, seperti diajarkan para sosiologi agama, itu sudah tak cukup.Â
Tawaran pengikut Islam Ahlussunnah wal-jamaah diseluruh dunia, termasuk NU di Indonesia untuk melakukan kajian keagamaan dengan berporos pada kajian teologis Asy'ariyah dan Maturidiyah, itu sebuah pilihan. Faham inilah yang selalu mengumandangkam jalan tengah, tawasuth atau moderat, yang mustahil akan radikal ke kiri atau ke kanan. Jika seseorang memilih menekuni teologi keagamaan di luar mazhab Asy'ari dan Maturidy, ada kecenderungan akan terjerambab ke lembah faham keagamaan yang suka menyalahkan orang lain.
Demikian pula dengan studi fiqh, hukum Islam. Selama masih dalam koridor kajian mazahibul arba'ah, Insya Allah pemeluknya akan sangat tolerir pada pihak lain. Apalagi jika sampai mau menekuni kajian tasawuf Al Ghazali dan Al Bagdadi, dapat dipastikan orang itu akan ramah dan menghargai pihak lain, sekali pun orang lain itu musuh bebuyutan.Â
Mudah-mudahan negeri ini selalu aman dan sentosa. Makmur rakyatnya. Hidup berdampingan, saling menghargai, berkeadilan, dan (ini kata warga Muhammadiyah) "berkemajuan". Dengan begitu kaum fundamentalis agama bisa dibasmi, tak bisa subur, bahkan bisa mati sama sekali. AamiinÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H