Mohon tunggu...
M Syarbani Haira
M Syarbani Haira Mohon Tunggu... Jurnalis - Berkarya untuk Bangsa

Pekerja sosial, pernah nyantri di UGM, peneliti demografi dan lingkungan, ngabdi di Universitas NU Kal-Sel

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Membasmi Fundamentalisme Agama

10 Oktober 2019   21:47 Diperbarui: 11 Oktober 2019   06:26 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menko Polhukam Wiranto (foto : matamata.com)

Pendiri JAD adalah Aman Abdurrahman, alias Oman Rochman, alias Abu Sulaiman. Semula ia seorang pendakwah dari kalangan Islam militan. Ia juga pernah bergabung dengan kelompok JAT (Jemaah Ansharut Tauhid), namun keluar karena merasa terlalu lamban dalam bersikap. 

Pria kelahiran Sumedang 05 Januari 1972 ini pernah mengenyam pendidikan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab. Pada bulan Juli 2018 lalu ia telah divonis mati. 

Meski begitu ia tak begitu peduli, ia bahkan minta ekskusi secepatnya. Aman Abdurrahman terlibat banyak kekacauan. Ia kerapkali mengkafirkan aparat keamanan.

Bagi pengamat fundamentalisme agama, ini bukan kasus baru. Kejadian ini sudah yang ke sekian kalinya. Gerakannya pun bermacam-macam, mulai dari pengeboman terhadap lembaga publik, seperti restaurant dan perhotelan, hingga lembaga keagamaan seperti gereja dan mesjid. Tak hanya itu, penyerangan terhadap kantor kepolisian pun sudah berulangkali dilakukan, misalnya menyerang pos-pos polisi di perempatan jalan.

Tentu muncul rasa kesedihan di kalangan pengamat, khususnya yang care atas kejadian ini. Kenapa masalah ini tak selesai-selesai ? Apakah ini indikasi kegagalan negara dalam mengatasi marak dan berkembangnya kaum fundamentalisme agama ? Atau trend dunia global yang memang sama-sama menghadapi kasus serupa, di bagian manapun sedang berada.

Barangkali, narasi terakhir inilah yang paling benar. Di negara-negara maju seperti di Eropa pun setali tiga uang. Untuk kawasan Eropa, Prancis merupakan negara paling sering diserang kaum fundamentalis ini. Apalagi untuk kawasan Timur Tengah, kasusnya seperti rutin. 

Untuk wilayah Indonesia, sepertinya dilakukan secara periodik. Misalnya pasca Bom Bali I bulan Oktober 2002. Kejadian ini menewaskan 202 orang. Kemudian, di bulan yang sama tahun 2005 terjadi lagi Bom Bali II, menewaskan 23 orang dan 196 orang luka-luka.

Sementara di Jakarta kasusnya mirip, berperiodik. Tahun 2000 bom meledak di kediaman Dubes Filipina. September 2000 bom meledak di Bursa Efek Jakarta. Agustus 2001 bom meledak di Plaza Atrium. Agustus 2003 bom meledak di hotel JW Marriot, kawasan mega Kuningan. September 2004 bom mobil meledak di depan Kedubes Australia, kawasan Kuningan. Tahun 2009 bom meledak di Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton, lagi-lagi di kawasan mega Kuningan. Tahun 2016 bom meledak di Plaza Sarinah. Tahun 2017 di Kampung Melayu. 

Jakarta termasuk kawasan yang selalu diincar para teroris. Maka itu kejadiannya menjadi berkali-kali. Sementara Surabaya, kota terbesar di pulau Jawa wilayah Timur, juga tak luput dari incaran terotis. Uniknya, sejak di Surabaya inilah kelompok fundamentalisme agama ini melibatkan anak dan perempuan, jika mereka sedang menjalankan aksinya.

Kajian Strategis 

Memperhatikan kejadian yang menimpa Wiranto ini, saatnya ada kajian mendalam untuk memahami maraknya kaum fundamentalis agama ini beraksi. Karena jika lengah, tak mustahil pimpinan tertinggi di negeri ini, entah Presiden atau Wakil Presiden bisa saja jadi korban. Apalagi mereka berasal dari sipil murni, yang terbiasa bergaul dengan publik. Jokowi misalnya, sebagai pengusaha mebel, biasa saja bergaul dengan siapa pun. Maka itu beliau selalu tampil bersama rakyat, tanpa pengawalan yang ketat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun