Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di negeri ini, hingga kini belum teratasi dengan baik. Sumpah serapah mereka yang terdampak akibat kebakaran tersebut, menyeruak di mana-mana. Di sisi lain, negara terus bergerak untuk menghentikan nyala titik api. Di mana-mana aparat negara langsung ke lokasi. Namun demikian, diam-diam tak sedikit pula masyarakat sengaja membakar lahannya, khususnya lahan pertanian dan perkebunan yang menjadi miliknya.
Ternyata kebakaran lahan itu sebuah dilema. Sangat komplek. Satu sisi dianggap merugikan, di sisi lain justru  menguntungan. Seperti simalakama. Bagaimana solusinya, perlu ada kajian mendalam. Sehingga semua pihak bisa memahami duduk perkara yang sebenarnya, untuk bangsa, negara, dan masyarakat itu sendiri.
Kebakaran memang sangat berbahaya. Khususnya jika tak dikelola dengan baik. Namun bagi masyarakat penggarap lahan pertanian, juga perkebunan , kebakaran lahan itu justru banyak manfaat. Jadi seperti sebuah kebiasaan. Beberapa di antara manfaatnya : pertama, pasca kebakaran akan berdampak pada suburnya lahan. Melalui pembakaran, akan ada unsur hara yang cepat, yang berakibat suburnya lahan.Â
Sebuah penelitian dari Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi (BLI) Kementerian KLH menyebutkan, lahan yang dipersiapkan dengan membakar vegetasi, ternyata lebih produktif. Penelitian di lahan gambut, ternyata positif untuk tanaman seperti padi, jagung, karet, sawit dan tanaman lainnya. Pengakuan petani lokal, jika tanpa dibakar padi hasilnya antara 7 - 9 belik per hektar, bisa dapat 13 belik (satu belik 20 liter)Â
Kedua, pembakaran lahan di kawasan  gambut dapat mengurangi atau menurunkan keasaman. Sehingga berdampak pada kontribusi produksi yang lebih tinggi. Pembakaran juga sangat mengurangi biaya operasional. Karena itu, tak heran jika petani pada umumnya lebih suka membakar lahannya, karena hasilnya bisa lebih banyak dan lebih baik.
Ketiga, pembakaran berdampak pada pembunuhan penyakit. Beragam hama serangga, dan penyakit tanaman lainnya kerapkali menganggu tanaman. Â Melalui pembakaran lahan dan hutan ini, semua hama dan sumber penyakit tanaman hangus terbakar. Inilah kenapa masyarakat senang membakar lahannya.
Keempat, pembakaran juga berhasil menyingkirkan tumbuhan lainnya. Siklus alam di areal lahan pertanian, juga perkebuhan, bahkan hutan pada umumnya, munculnya tanaman atau tumbuhan liar lainnya sangat mengganggu perkembangan tanaman atau kebun yang ditanam. Dengan adanya pembakaran lahan, termasuk perkebunan dan hutan, sangat membantu membendung datangnya tanaman liar yang tak dikehendaki tumbuh dan berkembang di areal tersebut.
Kelima, pembakaran dapat membersihkan fondasi tanah, atau hamparan lantai lahan. Munculnya tumbuhan liar, atau tumbuhan semak, pasti mengganggu tanaman piaraan manusia, seperti padi, jagung, kacang, dan sebagainya. Melalui pembakaran, maka tumbuhan liar seperti semak tak bisa tumbuh berkembang dengan baik. Tumbuan liar itu tak bisa menutupi tanaman yang ditanam manusia.
Keenam, pembakaran juga bisa memunculkan estapet tumbuhan. Melalui pembakaran akan ada generasi baru tumbuhan. Setidaknya ini buat perkebunan. Sebagian dari pepohonan itu ada yang memiliki runjung (cone) yang berisi biji. Ia hanya bisa terbuka jika terkena panas. Artinya pembakaran menjadi urgent. Karena dengan adanya api itulah terjadi perkembang-biakkan tanaman.Â
Beberapa di antara tanaman itu memang memerlukan adanya api. Seperti semak manzanita dan chamise, yang daunnya dilapisi getah yang sangat mudah terbakar. Tanaman ini sangat memerlukan nyala api, karena tanpa api proses perkembang-biakan biji tak mudah terjadi. Untuk itulah tanaman ini memerlukan api pembakaran, untuk menghasilkan regenerasi tanaman.Â