Mohon tunggu...
Syantrie Aliefya
Syantrie Aliefya Mohon Tunggu... Administrasi - Wiraswasta

Penggemar Puisi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berqurban dan Meraih Predikat Haji Mabrur

12 September 2016   08:24 Diperbarui: 12 September 2016   08:35 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi: elhasanatour.com

Sejak tadi malam sampai hari ini kumandang takbir terus bergema membahana, memecah langit semesta, mengabarkan kemahaakbaran pemilik alam raya. Hari ini milyaran umat muslim merayakan kemenangan Nabiyullah Ibrahim alaihissalaam atas pertarungannya. Ketika ia bergelut dan bertarung di peperangan paling dahsyat, antara besarnya kasih sayang kepada putranda tersayang ataukah memilih Allah dengan totalitas kepatuhan dan ketaatan, dan akhirnya Ibrahim memilih yang kedua, dan ia menjadi pemenang.

Nabiyullah Ibrahim alihissalaam telah menorehkan catatan sejarah tentang millah yang didasarkan pada landasan haniif, kecenderungan kepada Tuhan, sehingga ia berada di puncak ketaatan. Ibrahim yang saudagar terkaya pada masa itu, telah rela serela-relanya mengorbankan anak tercintanya, Nabi Ismail alaihissalaam untuk disembelih atas perintah Allah, Tuhannya.

Orangtua mana yang rela ketika anak yang diinginkannya bertahun-tahun, dan ketika dilahirkan, diperintah oleh Allah untuk disembelih sebagai ujian kepatuhan, dan Ibrahim memilih menjalankannya, dengan perasaan yang berkecamuk, namun perang itu itu dimenangkannya.

Atas kepatuhan dan ketaatannya, pisau yang digunakan untuk menyembelih Ismail tak juga memotong leher, berkali-kali Ibrahim menyembelih Ismail dengan perasaan haru, namun tak pernah juga pisau tajam itu bisa bekerja, dan akhirnya Allah menyuruh malaikat JIbril untuk menggantikan Ismail dengan seekor domba. Dan saat itu Allah telah mengangkat derajat Ibrahim sebagai kholiilulloh, kekasih Allah. 

Karena peristiwa sejarah Ibrahim lah, Allah dan Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk berkurban, menyembelih hewan piaraan dan dagingnya dibagikan kepada sesama sebagai bentuk kesalehan sosial.  

Berkurban bukanlah semata menyedekahkan sebagian harta pada sesama, berkurban menjadi simbol kemenangan seorang mukmin menyembelih nafsunya, menghilangkan noda-noda kotor yang menghiasi sikap dan perilaku hidupnya.

Bersamaan dengan peristiwa qurban yang diperingati oleh milyaran umat islam di seluruh dunia, jamaah haji pada hari ini melakukan rukun haji melempar jumrah aqabah pada tanggal 10 Dzulhijjah dengan melontarkan tujuh butir kerikil sembari mengangkat tangan pada setiap lemparan sambil mengucapkan Allaahu Akbar, Alloohummaj alhu hajjan mabruran wa dzanban maghfuran yang artinya, Allah Maha besar, Yaa Allah jadikanlah haji ini  sebagai haji yang baik, dan dosa-dosa yang mendapat ampunan. Pada setiap kerikil yang dilempar harus mengenai ke dalam jumrah jurang besar tempat jumrah.

Predikat menjadi Haji Mabrur adalah predikat yang diidam-idamkan oleh setiap mukmin yang melakukan haji ke Baitullah. Tidak setiap yang melakukan perjalanan haji akan mendapat predikat ini, sebab ada predikat lain yaitu haji mardud atau ibadah hajinya ditolak. Kenapa ditolak? Sebab ada hal-hal yang tidak disukai Allah dan Rasul-Nya, tapi tetap dilakukan umatnya pada saat melakukan haji.

Orang mukmin yang meraih predikat haji mabrur, telah menata diri, mulai dari membersihkan diri dari kotornya perut dari rupa-rupa makanan dan minuman yang haram dan subhat, dan terbiasa mengkonsumsi makanan yang seimbang nilai gizinya serta menjaga kebugaran jasmaninya.

Selain itu, mempersiapkan kondisi hati agar tumbuh nilai keikhlasan dan niat yang lurus, mempersiapkan ilmu dan pengetahuan yang berhubungan dengan manasik haji, mempersiapkan bekal yang akan dibawa dan bekal untuk yang ditinggalkan di rumah, mempersiapkan surat-surat yang dibutuhkan selama perjalanan, serta menjaga sikap dan perilaku agar tidak timbul masalah dengan sesama manusia dan Allah.

Ketika saatnya dia mulai menjalankan ibadah haji, pikiran dan hatinya hanya fokus ke proses ibadah. Dia lakukan seteliti mungkin, takut ada yang salah, takut ada yang terlewat, dia jaga ucapannya dan tingkah lakunya. Kecenderungan hatinya penuh kepercayaan dan kepasrahan kepada Allah. Seluruh waktunya habis untuk ibadah, tidak ada lintasan keinginan untuk belanja atau sekedar jalan-jalan. Sepulangnya ke tanah air, kondisi hati dan perilakunya tidak ada perubahan. Tidak terlintas ada keinginan untuk dilebihkan dari orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun